Reporter: Sri Sayekti | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Market share kendaraan listrik berbasis baterai (KBLBB) di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2023, market share EV ada di angka 1,7%, sedangkan pada tahun 2024 meningkat menjadi 4,99%.
Penjualan EV di tahun 2024 masih didominasi oleh hybrid electric vehicle (HEV) di angka 55.730 unit, sedangkan penjualan battery electric vehicle (BEV) berada di angka 43.194 unit.
Namun, dari sisi produksi, Indonesia menjadi negara ASEAN dengan produksi BEV terbanyak dengan total produksi 25,861 unit, mengalahkan Thailand 1.198 unit. Sedang untuk HEV, Thailand unggul dengan jumlah produksi sebanyak 192.547 unit, dibanding Indonesia 70.621 unit.
Atong Soekirman, Asisten Deputi Pengembangan ILMATEA Kemenko Perekonomian, menyampaikan bahwa pemerintah memproyeksikan Indonesia untuk menjadi pusat produksi KBLBB di ASEAN. Meski masih terdapat beberapa kendala infrastruktur, pihaknya optimis target tersebut dapat terwujud di masa depan.
Baca Juga: Periklindo Butuh Kebijakan Ini Supaya Industri Kendaraan Listrik Semakin Agresif
"Market share KBLBB dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Peningkatan ini menunjukkan perkembangan yang positif dalam pasar KBLBB," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan bahwa di Indonesia telah ada 7 pabrikan mobil EV dengan kapasitas produksi mencapai 59.660 unit per tahun, serta 6 pabrikan bus EV dengan kapasitas produksi 2.600 unit per tahun. Total investasi dari seluruh pabrikan tersebut diperkirakan mencapai Rp5,53 triliun.
Mewakili ENTREV, Eko Adji Buwono menyampaikan bahwa ekosistem KBLBB telah berkembang pesat dari sisi infrastruktur pengisian daya. Di mana saat ini telah terdapat Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) roda 4 sebanyak 3.772 unit, SPKLU roda 2 sebanyak 9.956 unit, Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) sebanyak 2.240 unit serta pelanggan Home Charging yang menyentuh angka 33.086 unit.
"Banyaknya SPKLU dan infrastruktur pendukung lain menunjukkan kesiapan ekosistem KBLBB di Indonesia. Peningkatan jumlah SPKLU roda 4 hingga 14 kali lipat, dibandingkan tahun 2021, adalah kabar baik di tengah lonjakan pengguna mobil EV di Indonesia," paparnya.
Baca Juga: EV Makin Dilirik, Periklindo Optimistis Pangsa Pasar Capai 10 Persen pada 2025
Eko juga menyampaikan bahwa pola adopsi KBLBB di Indonesia mirip dengan Tiongkok dan Amerika, di mana terjadi kenaikan eksponensial pada tahun keempat. Sehingga saat ini rasio KBLBB per SPKLU di Indonesia telah mencapai 17:1.
"Adanya produksi KBLBB di dalam negeri menjadikan harga KBLBB lebih kompetitif dan daya beli masyarakat semakin meningkat. Eksponensi di tahun 2028-2030 rasio KBLBB dengan SPKLU diproyeksikan berada di angka 15:1," imbunya.
Guna mendorong hal tersebut, Eko mengatakan bahwa ENTREV terus menjalin kolaborasi dengan stakeholder KBLBB dari hulu hingga hilir.
"Pertumbuhan industri ini sangat dipengaruhi oleh berbagai pemangku kepentingan yang terlibat. Dari produsen kendaraan, produsen baterai, pemerintah, penyedia infrastruktur pengisian daya, hingga konsumen. Setiap kelompok memiliki peran penting dalam membentuk masa depan mobilitas yang berkelanjutan," pungkas Eko.
Baca Juga: Ini Tujuh Produsen Kendaraan Listrik yang Siap Investasi di Indonesia Rp 15,4 Triliun
Selanjutnya: Tetap Diganjar 15 Tahun Penjara, PK Mantan Menkominfo Johnny G Plate Ditolak
Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Cysteamine Cream yang Ampuh dan Aman, Sudah Berizin BPOM
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News