Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah telah memutuskan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) akan mengakuisisi anak usaha PT Pertamina (Persero), Pertamina Gas (Pertagas) dalam rangka pembentukan holding BUMN Migas. Langkah ini dianggap bisa membuat bisnis perusahaan plat merah tersebut lebih bagus.
Apalagi hingga triwulan III 2017, PGN masih mengandalkan pendapatan dari bisnis dari pipa gas. Pada triwulan III 2017, PGN membukukan pendapatan sebesar US$ 2,16 miliar atau relatif sama dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai sebesar US$ 2,15 miliar.
Laba operasi interim konsolidasi dalam sembilan bulan sebesar US$ 267,7 juta. PGN juga mencatatkan laba bersih sebesar US$ 97,9 juta atau Rp 1,30 triliun (kurs rata-rata Rp 13.329). Adapun EBITDA sebesar US$ 632 juta, turun sebesar US$ 10 juta dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$ 642 juta.
Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN, Fajar Harry Sampurno mengatakan langkah akuisisi ini memang ditujukan untuk memperbaiki kinerja keuangan PGN. "Kan salah satu tujuannya," kata Fajar ke Kontan.co.id pada Senin (15/1).
Namun langkah akuisisi ini juga bisa membuat pembangunan infrastruktur pipa yang tengah dibangun PGN dan Pertagas. Namun Fajar meyakini, langkah akuisisi tidak akan menghalangi pembangunan proyek-proyek gas yang sedang dibangun oleh kedua perusahaan tersebut.
"Kan salah satu tujuannya mengintegrasikan proyek dan infrastruktur supaya lebih efisien dan efektif. Jadi tentunya sekarang dikerjakan bersama," kata Fajar.
Menurut pengamat ekonomi energi UGM, Fahmy Radhi, langkah akuisisi Pertagas oleh PGN justru tidak akan membuat sektor bisnis hilir gas menjadi lebih baik. Pasalnya ada potensi terjadinya monopoli.
"Minusnya, berpotensi terbentuknya kekuatan perusahaan yang mengarah pada monopoli dan persaingan tidak sehat pada industri gas," jelas Fahmy.
Dari sisi positifnya, Fahmy bilang akuisisi Pertaga oleh PGN akan memperbesar aset PGN. Selain itu, pembangunan infrastruktur pipa gas untuk distribusi gas juga nantinya akan semakin terintegrasi.
"Bahkan integrasi PGN dan Pertagas bisa mendorong harga gas dalam negeri lebih murah,"ujar Fahmy.
Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute menyebut rencana akuisisi Pertagas oleh PGN memang umum dilakukan mengingat aset PGN berdasarkan laporan keuangannya lebih besar dibandingkan Pertagas.
Biarpun begitu, Komaidi mengingatkan agar Pertagas tidak perlu resistensi terhadap rencana tersebut. "Dalam hal ini saya kira rekan-rekan Pertagas perlu melihat rumah besarnya yaitu tetap Pertamina Persero," ujar Komaidi.
Dengan akuisisi Pertagas, kinerja keuangan PGN pun akan membaik. Akhirnya pun akan membawa keuntungan bagi perseroan. "Seharusnya (bottomline) akan membaik. Mengingat ada sinergi infrastruktur (aset)," imbuhnya.
Rencana pemerintah untuk mengintegrasikan PGN dan Pertagas melalui skema akuisisi dan menjadikan Pertamina sebagai induk ternyata tidak lantas membuat struktur organisasi PGN berubah.
Fajar menyebut anak usaha PGN, Saka Energi Indonesia, tetap di bawah PGN. "Semua masih tetap," kata Fajar.
Sebelumnya ada wacana dengan pembentukan holding migas, maka Saka Energi yang bergerak di sektor hulu migas akan masuk ke Pertamina hulu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News