Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Minat petani untuk mengembangkan tanaman hortikultura dinilai masih rendah karena risiko kerusakannya yang cukup tinggi jika tidak ditangani dan dikemas dengan baik.
"Dari 80 juta petani di seluruh Indonesia hanya 10-13 juta orang saja yang mau menekuni hortikultura," tutur Ketua Asosiasi Produsen Perbenihan Hortikultura Indonesia (Hortindo) Afrizal Gindow, Jumat (9/1).
Pemerintah melalui Kementerian Pertanian tahun ini mengalokasikan Rp500 miliar untuk mendukung penyediaan benih hortikultura yang kebutuhannya terus meningkat hingga 10-15% per tahun. Anggaran tersebut diambil dari Rp16,9 triliun yang diterima Kementan sebagai kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Berdasarkan data Kadin Indonesia, kebutuhan benih dan produk hortikultura pada tahun 2014 sebanyak 14.000 ton dengan konsumsi sayuran nasional mencapai 40 kilogram per kapita.
Tingkat konsumsi tersebut masih jauh di bawah standar yang ditetapkan Food and Agriculture Organization (FAO) yaitu 70 kilogram per kapita/tahun.
Sementara itu Ketua Komite Tetap Pengembangan Pasar Pertanian Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Karen Tambayong menyatakan perlunya pembentukan koperasi hortikultura untuk meningkatkan posisi tawar petani.
"Selama ini hortikultura kurang mendapat perhatian karena selalu kalah dari beras sehingga dibutuhkan sebuah lembaga untuk mengembangkan bisnis ini," tuturnya.
Pengembangan hortikultura melalui koperasi dan pembentukan kawasan hortikultura yang dilengkapi dengan fasilitas seperti ruang pendingin dan pengemasan akan mendukung realisasi swasembada pangan.
"Produk hortikultura seperti sayuran dan buah kaya nilai gizi, bahkan hortikultura jenis karbohidrat seperti singkong dan ubi jauh lebih sehat daripada beras karena kadar glikemiknya rendah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News