kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.435   -10,00   -0,06%
  • IDX 7.141   34,56   0,49%
  • KOMPAS100 1.040   6,83   0,66%
  • LQ45 812   5,50   0,68%
  • ISSI 225   1,86   0,83%
  • IDX30 424   3,56   0,85%
  • IDXHIDIV20 510   8,47   1,69%
  • IDX80 117   0,83   0,71%
  • IDXV30 122   2,00   1,67%
  • IDXQ30 139   1,66   1,21%

Musim panen tiba, harga jagung petani jatuh


Kamis, 07 April 2016 / 11:35 WIB
Musim panen tiba, harga jagung petani jatuh


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kisruh soal jagung sepertinya tak pernah usai. Setelah memastikan untuk membatasi impor jagung di kuartal II 2016, Kementerian Pertanian (Kemtan) kali ini mendesak perusahaan pakan ternak untuk menyerap panen jagung milik petani yang tengah panen raya.

Penyebabnya tak lain karena karena Kemtan mendapati harga jagung jatuh hingga Rp 1.800 per kilogram (kg). Padahal, idealnya harga jagung ketika panen raya mencapai Rp 2.700 atau tak jauh dari Harga Pembelian Pemerintah (HPP) tahun 2016 yang sebesar Rp 3.200 per kg. 

Karena itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman meminta industri pakan ternak besar segera menyerap jagung panenan petani tersebut. Bila tidak dilakukan, ke depan industri justru akan kesulitan mendapatkannya. Sebab, hingga saat ini, Kemtan masih menutup pintu impor jagung bagi industri. "Saya meminta kepada seluruh industri pakan segera melakukan pembelian jagung petani," ujar Amran, Rabu (6/4).

Untuk membantu petani, Kemtan bersama dengan Perum Bulog membeli jagung petani dengan harga Rp 2.700 per kg. Ini sebagai bagian dari upaya pemerintah mendorong petani mendapatkan harga jagung yang ideal dan menguntungkan mereka. 

Sejauh ini, Kemtan memang masih menutup peluang perusahaan pakan ternak untuk mengimpor jagung dan hanya membuka impor jagung kepada Bulog. 

Senior Vice President PT Japfa Comfeed Indonesia Budiarto Soebijanto mengklaim telah menyerap sebanyak 80% dari total kebutuhan jagung Japfa dari petani. Belakangan, rata-rata kebutuhan Japfa sebanyak 1,5 juta ton jagung per tahun. 

Budiarto bilang, setiap hari, Japfa menyerap jagung lokal di Sidrap, Gowa, Sulawesi Selatan, hingga jumlah maksimal. "Minimal penyerapan jagung kami sebanyak 700 ton per hari sampai kapasitas gudang kami penuh," ujar Budiarto.

Kadar air terlalu tinggi

Budiarto menyebut, Japfa membeli jagung dari petani dengan harga tinggi yakni Rp 3.000 per kg. Anjloknya harga jagung di tingkat petani merupakan hasil transaksi petani dengan peternak lokal atau pedagang perantara. Alhasil, dia mengaku tidak tahu jika ada jagung yang dijual seharga Rp 1.800 per kg.

Meski begitu, Budiarto pun memaklumi jika harga jagung petani dapat anjlok,karena kadar air yang ada pada jagung tersebut masih tinggi, yakni mencapai 30%–35%. Selama ini, industri pakan hanya berani membeli mahal untuk jagung yang sesuai dengan standar kebutuhan industri pakan, yakni dengan kadar air maksimal 20%.

Menurut Budiarto, jika kadar air terlalu tinggi, perusahaan pakan jadi mempunyai pekerjaan tambahan untuk pengeringan. Padahal kapasitas alat pengering mereka juga terbatas.

Untuk itu, Budiarto meminta Kemtan turun tangan untuk memberikan penyuluhan pada petani untuk tidak terburu-buru memanen jagung jika kadar air masih cukup tinggi. "Ini penting karena menyangkut penyesuaian dengan standar kualitas bahan baku industri," katanya.

Selain itu, Budiarto meminta Kemtan untuk membeberkan data soal rata-rata kadar air pada jagung yang dipanen saat ini serta mengungkap volume jagung petani yang terserap. "Supaya industri tak merasa jadi kambing hitam," tuturnya.

Berdasarkan catatan Kemtan, produktivitas jagung dari tahun ke tahun terus meningkat. Berdasarkan angka sementara Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional tahun 2015 sebesar 19,61 juta ton. Pada tahun 2016 ini, Kemtan memproyeksikan bakal ada panen jagung sebanyak 24 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×