Reporter: Gentur Putro Jati |
JAKARTA. PT Nusantara Regas, perusahaan patungan antara PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk yang akan membangun floating storage regasification unit (FSRU) di Teluk Jakarta mengaku tengah menunggu izin menggunakan lokasi tersebut dari Pemprov DKI Jakarta.
"Sudah dari Agustus lalu kami ajukan izin pelabuhan khusus kepada Menteri Perhubungan melalui Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan. Tetapi menurut mereka harus tunggu rekomendasi dari Gubernur DKI Jakarta atas lokasi di Teluk Jakarta. Karena itu kami juga ajukan izin lokasi ke Pemda," kata Direktur Utama Nusantara Regas Djohardi Angga Kusumah, Kamis (14/10).
Izin lokasi perlu dikantongi supaya Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kementerian Perhubungan (Kemhub) mau menerbitkan izin pelabuhan khusus.
Sebelumnya, Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kemhub Suwandi Saputro pihaknya juga tengah menunggu rekomendasi dari Administrator Pelabuhan Tanjung Priok dari aspek keselamatan pelayaran jika FSRU ditambatkan di Teluk Jakarta. Maklum, Teluk Jakarta letaknya berdekatan dengan alur keluar masuk kapal dari dan menuju Pelabuhan Tanjung Priok dan Sunda Kelapa.
Jika proses evaluasi berjalan lancar, Suwandi menjanjikan izin tersebut bisa segera terbit sebelum target Nusantara Regas bisa mengoperasikan FSRU itu pada kuartal IV tahun depan.
Sebelumnya, Nusantara Regas menyegel kepastian pasokan gas untuk keperluan FSRU dengan meneken Head of Agreement (HoA) jual beli gas alam cair (LNG) dengan Total Indonesie dan Inpex Corporation. Kedua perusahaan itu akan memasok FSRU dari Blok Mahakam, Kalimantan Timur. Dalam HoA ditetapkan Mahakam akan memasok LNG ke FSRU sebesar 11,75 juta metrik ton selama 10 tahun dari 2012-2022.
Selain itu, Nusantara Regas juga meneken HoA jual beli gas dengan PT PLN (Persero) sebagai pembeli gas yang sudah melalui proses regasifikasi tersebut untuk keperluan PLTGU Muara Karang, Jakarta Utara.
Untuk tahap awal gas rencananya masuk ke Muara Karang sebanyak 100 MMSCFD dan selanjutnya meningkat menjadi 400 MMSCFD. PLN membeli gas dari FSRU itu sekitar US$ 10 per MMBTU dengan patokan harga minyak US$ 70 per barel. Gas dari FSRU diharapkan mampu menghemat biaya bahan bakar pembangkit PLN sebesar Rp 2 triliun pada 2011.
Sekedar informasi, investasi yang dikeluarkan Pertamina dan PGN untuk membangun FSRU berkapasitas tiga juta ton LNG per tahun atau setara dengan 400 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) sekitar US$ 200 juta. Jika ditambahkan dengan infrastruktur pendukungnya nilainya menjadi sekitar US$ 400 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News