kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.747   21,00   0,13%
  • IDX 8.417   46,45   0,55%
  • KOMPAS100 1.166   6,42   0,55%
  • LQ45 850   5,80   0,69%
  • ISSI 294   1,08   0,37%
  • IDX30 445   1,55   0,35%
  • IDXHIDIV20 514   5,58   1,10%
  • IDX80 131   0,59   0,45%
  • IDXV30 137   0,45   0,33%
  • IDXQ30 142   1,41   1,00%

OEM Jadi Primadona Baru Industri Keramik, Utilisasi Pabrik Meroket


Senin, 17 November 2025 / 17:56 WIB
OEM Jadi Primadona Baru Industri Keramik, Utilisasi Pabrik Meroket
ILUSTRASI. Pekerja sedang melakukan proses pembuatan keramik di Plant II PT Arwana Citra Mulia Tbk (ARNA) yang berlokasi di Serang, Banten. KONTAN/Agung Hidayat


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan proteksi pemerintah terhadap industri keramik memantik tumbuhnya kerja sama Original Equipment Manufacturing (OEM) antara importir dan produsen keramik lokal.

Melalui skema ini, importir menggandeng pabrik dalam negeri untuk memproduksi keramik dengan merek mereka sendiri.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan serangkaian kebijakan proteksi seperti anti-dumping, safeguard, dan penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib menjadi pendorong utama pemulihan industri keramik tahun ini.

Baca Juga: Rencana Penghentian Impor Garam Tahun Depan, Indef Ingatkan Kesiapan Pasokan

Ia menyebut kemitraan OEM mulai marak sejak Desember 2024. “Tidak lama setelah kebijakan anti-dumping dan SNI wajib untuk keramik diimplementasikan,” kata Edy kepada Kontan.co.id, Senin (17/11/2025).

Tanpa merinci angka pasti, Edy menyebut hampir 90% importir besar telah menandatangani kontrak OEM dengan produsen lokal.

Importir yang sebelumnya mengandalkan pasokan dari China kini mulai memproduksi di Indonesia.

Saat ini, sudah ada lima perusahaan keramik yang menjalankan kerja sama OEM tersebut.

Baca Juga: Pertamina Setor Dividen Rp 23 Triliun ke Danantara hingga September 2025

Kelebihan OEM dan Daya Tarik bagi Importir

Edy menjelaskan industri keramik nasional menawarkan berbagai kelebihan yang membuat skema OEM semakin diminati.

Pertama, kepastian pasokan dan ketepatan waktu pengiriman karena tidak terpengaruh hambatan logistik internasional.

Kedua, harga lebih stabil karena tidak bergantung pada fluktuasi kurs valas. Ketiga, layanan purna jual dan garansi kualitas lebih dapat diandalkan dibandingkan impor langsung.

“Keunggulan tersebut membuat ekosistem industri keramik nasional semakin kompetitif, sekaligus memperkuat substitusi impor di sektor penunjang pembangunan dan properti. Hal ini menunjukkan efektivitas sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pelaku pasar,” ujar Edy.

Meski demikian, tidak semua produsen keramik tergiur skema ini. General Manager Sales PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) Reny Andriani Sandi mengatakan perusahaannya belum mempertimbangkan kerja sama OEM.

“Kami belum ada rencana OEM dan selama ini lebih memilih mengembangkan brand internal serta memperkuat jaringan distribusi dan retail sendiri,” kata Reny.

Baca Juga: Keseimbangan Bisnis TSI : Antara Konservasi dan Ekowisata Berkelanjutan

Utilisasi dan Kapasitas Produksi Naik

Dari sisi industri, Edy menyampaikan skema OEM membawa dampak positif berupa kenaikan utilisasi produksi sekitar 4,5% pada tahun ini.

Asaki mencatat rata-rata utilisasi industri keramik nasional hingga Oktober 2025 berada di level 72,5%, masih berada di atas ambang 70%.

Dengan tingkat utilisasi tersebut, Asaki memperkirakan volume produksi keramik nasional pada periode Januari–Oktober 2025 mencapai sekitar 392,7 juta meter². Angka ini tumbuh sekitar 16% dibandingkan tahun sebelumnya.

Asaki memproyeksikan tingkat utilisasi industri keramik dapat mencapai 73% hingga akhir tahun, meningkat dari 66% pada 2024. Untuk 2026, Asaki menargetkan utilisasi dapat naik lagi ke 78%–80%.

Secara volume, total produksi keramik nasional pada 2025 diproyeksikan mencapai 474,5 juta meter², tumbuh 15,16% dari realisasi tahun lalu sebesar sekitar 412 juta meter².

Edy menambahkan, investasi baru di industri keramik masih berjalan. Tahun ini terdapat tambahan pabrik baru dengan kapasitas sekitar 25 juta meter², sehingga total kapasitas produksi nasional meningkat dari 625 juta meter² menjadi 650 juta meter².

Baca Juga: Direktur Utama Pertamina Beri Sejumlah Catatan terhadap RUU Migas

Asaki Dorong Konsistensi Kebijakan Proteksi

Dalam catatan Asaki, rata-rata impor keramik pada 2022–2024 masih berada di kisaran 70 juta–80 juta meter².

Karena itu, Edy berharap pemerintah terus mempertahankan kebijakan yang pro-industri dan memberikan perlindungan terhadap potensi banjir produk impor.

“Kami berharap kebijakan yang mendukung industri dalam negeri dapat terus dipertahankan sehingga pertumbuhan positif dapat berlanjut pada tahun-tahun berikutnya,” tutup Edy.

Selanjutnya: Pasar Karbon Kian Serius, Ini Proyek Unggulan Indonesia

Menarik Dibaca: Pasar Karbon Kian Serius, Ini Proyek Unggulan Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×