Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
Kondisi tersebut terjadi seiring dengan merosotnya aktivitas industri dan konsumsi listrik, yang kemudian berimbas pada berkurangnya permintaan batubara. Dengan kondisi seperti itu yang ditambah dengan pasar global yang tertekan, pelaku usaha akan berlomba untuk memasok ke pasar domestik lantaran harga yang lebih menarik.
Namun, serapan pasar dalam negeri menjadi semakin terbatas. "Karena pasar berubah, kurang fair dalam kondisi saat ini," ungkap Hendra.
Dihubungi terpisah, sejumlah emiten batubara pun berharap agar pemerintah bisa mengucurkan insentif bagi sektor pertambangan batubara. Meski tak menyebut secara gamblang tentang insentif yang diminta, Head of Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Febriati Nadira berharap agar di masa pandemi ini ada perluasan insentif ke sektor tambang.
Baca Juga: KSEI sebut dividen tunai Adaro Energy (ADRO) tetap sesuai informasi awal
"Sektor pertambangan batubara belum mendapatkan insentif. Harapannya insentif tersebut dapat diperluas ke sektor pertambangan," kata dia kepada Kontan.co.id, Jum'at (5/6).
Senada, Direktur PT ABM Investama Tbk (ABMM) Adrian Erlangga menilai insentif yang diberikan pemerintah dapat memberikan dorongan positif terhadap kelangsungan bisnis batubara nasional. "Insentif dari pemerintah tentu sangat membantu kami di industri," sebutnya.
Sementara itu, Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando berharap agar pemerintah bisa mempertimbangkan kebijakan yang terbaik, supaya industri batubara bisa secara optimal berkontribusi pada pemulihan ekonomi.
"Kami percaya pemerintah akan mengeluarkan kebijakan terbaik agar semua pihak, termasuk perusahaan batubara, dapat berkontribusi maksimal dalam memulihkan perekonomian negara pasca pandemi," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News