Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
Mengenai hal ini, Peneliti Lembaga Manajemen FEB Universitas Indonesia, Toto Pranoto melihat masuknya Pelita Air ke penerbangan komersial berjadwal merupakan persiapan Kementerian BUMN untuk mengantisipasi segala kemungkinan di proses restrukturisasi Garuda Indonesia yang masih tidak menentu.
Dengan langkah Garuda Indonesia yang melepas beberapa rute penerbangan domestik, Pelitar Air bisa menjadi komplementer untuk mengisi slot kekosongan rute yang ditinggalkan Garuda Indonesia. Dengan begitu, masyarakat pun tetap bisa menikmati layanan di rute-rute yang ditinggalkan Garuda, terutama di wilayah remote.
"PAS juga melihat peluang pasar ini. Jadi PAS mungkin akan melebarkan bisnis ke regular airlines di luar charter airlines yang sudah mereka tekuni sejak lama," kata Toto.
Sementara itu, pengamat penerbangan Alvin Lie meyakini di luar komplementer Garuda Indonesia, manajemen PAS juga turut memperhitungkan kondisi pasar penerbangan dalam negeri pasca pandemi nanti. Sebab, pasar penerbangan domestik sangat prospektif.
Baca Juga: Garuda (GIAA) buka suara soal tarif sewa, nego dengan lessor dan jumlah pesawatnya
Sebagai catatan, sebelum adanya pandemi pada tahun 2018, jumlah penumpang domestik mencapai lebih dari 100 juta. Pertumbuhan penerbangan dari Pulau Jawa ke luar Jawa, serta penerbangan antar pulau di luar Jawa masih menjanjikan.
Menurut Alvin, besarnya potensi pasar penerbangan domestik Indonesia telah terbukti selama masa pandemi ini. Perusahaan penerbangan di Indonesia tergolong mampu untuk bisa bertahan dengan mengandalkan rute-rute domestik.
"Kalau yang mengandalkan rute internasional pasti sudah tumbang. Rute domestik cukup kuat menghidupi maskapai. Pasca pandemi saya yakin jumlah penumpang akan kembali tumbuh walau karakter, rute, kebutuhan jenis layanan dan daya beli akan berbeda," terang Alvin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News