kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pendanaan dan Pasokan Energi Jadi Tantangan Besar Hilirisasi di Indonesia


Selasa, 03 Oktober 2023 / 20:01 WIB
Pendanaan dan Pasokan Energi Jadi Tantangan Besar Hilirisasi di Indonesia
ILUSTRASI. MIND ID melalui anak perusahaannya, PT Inalum menargetkan bisa segera merampungkan pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase I di Mempawah, Kalimantan Barat pada semester II 2024 mendatang.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi

Persoalan lainnya, lanjut Arya, ialah ketersediaan pasar yang siap menampung dan mengolah produk hasil smelter. 

“Ketersediaan market penting, jangan membangun saja tetapi siapa yang mau beli, end user, industri juga atau langsung ke konsumer,” ujarnya. 

Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Irwandy Arif mengakui, saat ini  kendala paling utama dalam hilirisasi di Indonesia ialah pendanaan dan penguasaan teknologi. Kedua masalah ini saling berkelindan karena smelter membutuhkan teknologi canggih yang notabene sangat mahal. 

“Kita belum punya teknologi untuk smelter. Kita membayar sangat mahal untuk itu,” ujarnya. 

Sampai saat ini, smelter-smelter yang ada di Indonesia menggunakan teknologi dari luar negeri. Misalnya saja smelter nikel mayoritas dari China. Hanya beberapa saja dari negara lain yakni Canada dan Jepang. 

Baca Juga: Laba Bersih Medco Energi Merosot, Begini Rekomendasi Saham MEDC dari Analis

Sejauh ini, lanjut Irwandy, sejatinya sudah banyak penelitian yang dilakukan di Indonesia seperti di Tekmira dan Universitas, namun baru sebatas skala laboratorium atau pilot project. 

“Ini yang pertama kekurangan kita, manufaktur harus dikembangkan, harus ada kebijakan bersama antara Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM,” kata Irwnady. 

Direktur Utama PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Alexander Barus menyatakan, pemerintah diharapkan bisa memperbesar dana riset dan pengembangan (research and development/R&D) di Indonesia. 

Saat ini pemerintah telah memiliki Politeknik Industri Logam Morowali yang didirikan dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri yang kompeten. Penyediaan lahan seluas sekitar 30 Ha dilakukan oleh PT IMIP serta penyiapan bangunan fisik dan peralatan oleh Direktorat Jenderal Pengembangan Perwilayahan Industri, Kementerian Perindustrian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×