Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan Hydrogen Refueling Station (HRS) oleh PT Indonesia Power, subholding PT PLN, dinilai sebagai tonggak baru dalam portofolio energi baru dan energi terbarukan pada sektor otomotif di Indonesia.
Menurut Ekonom Salamudin Daeng, Direktur Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI), langkah ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan target net zero emission (NZE) pada sektor otomotif.
Sebagai pemain utama, PT PLN Indonesia Power telah menunjukkan komitmen korporasi dalam mendukung target Pemerintah menuju Net Zero Emission 2060.
Baca Juga: Perusahaan Alih Daya Dapen BRI Ini Raup Pendapatan Rp 4 Triliun Tahun 2023
Salamuddin menegaskan bahwa PT PLN Indonesia Power telah membuktikan penggunaan energi bersih sebagai pemegang mandat konstitusi ekonomi Pasal 33 UUD 1945, terutama dalam sektor energi ketenagalistrikan, dengan melakukan transformasi dari energi fosil menuju energi bersih.
Pengembangan HRS tersebut tidak hanya terbatas pada sektor pembangkitan, tetapi juga mencakup pengembangan ekosistem kendaraan listrik berbahan bakar hidrogen.
Saat ini, potensi hidrogen yang dapat dihasilkan mencapai 128 ton per tahun, setara dengan konsumsi energi untuk 450 unit mobil per tahun. Dengan adanya Pusat Hidrogen yang dimiliki oleh PLN, diharapkan akselerasi penelitian dan pengembangan menuju energi hijau dan bersih dapat tercapai.
Baca Juga: Optimistis Raih Kinerja Positif, Ini Fokus Astra Otoparts (AUTO) di Tahun Ini
HRS dianggap sebagai bagian hilir dari implementasi Green Hydrogen Plant (GHP), yang antara lain memanfaatkan residu dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), serta Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU).
Salamuddin menekankan bahwa HRS sebagai ekosistem kendaraan listrik akan dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News