Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Penjualan rumah tapak di Jabodetabek mengalami penurunan signifikan pada tahun 2024. Berdasarkan riset terbaru dari Leads Property, penurunan penjualan rumah tapak mencapai 25% dibandingkan tahun 2023.
Hingga kuartal III-2024, total penjualan rumah tapak tercatat sekitar 7.000 unit, jauh lebih rendah dibandingkan tahun 2023 yang mencapai 14.000 unit. Diperkirakan, hingga akhir tahun 2024, penjualan rumah tapak hanya akan mencatatkan 10.000 hingga 11.000 unit.
Menanggapi itu, Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) Bambang Ekajaya mengakui bahwa pasar properti mengalami perlambatan yang signifikan di tahun politik ini. Bahkan, ia mencatat penurunan lebih dari 25% pada proyek non-subsidi yang dikelola di Jakarta Barat dan Tambun, Bekasi.
Baca Juga: Penjualan Lahan Industri Naik di Kuartal III 2024, Sektor Data Center Mendominasi
"Betul, dalam tahun politik ini, penjualan rumah memang relatif melemah. Bahkan, di proyek non-subsidi kami di Jakarta Barat dan Tambun, penjualannya turun lebih dari 25%," ujar Bambang kepada KONTAN, Selasa (3/12).
Menurut Bambang, meskipun harga rumah merupakan faktor utama yang menarik minat pembeli, pengembang terbatas dalam memberikan diskon karena harus memperhitungkan harga dasar rumah dan biaya lainnya.
Ia juga menambahkan bahwa insentif Insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) yang masih tersisa 50% tidak cukup untuk mendorong penjualan, karena hanya berlaku untuk rumah siap huni, bukan unit inden.
Baca Juga: PPN DTP 100% Tidak Signifikan Kerek Penjualan Apartemen Ciputra (CTRA)
Lebih lanjut, Bambang menjelaskan bahwa kondisi perekonomian yang tidak stabil, ditambah dengan dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di beberapa sektor, turut mempengaruhi daya beli masyarakat.
"Bahkan sektor fast food seperti KFC pun terpaksa menutup 47 gerainya, yang menunjukkan bahwa sebagian calon pembeli properti menahan diri untuk membeli rumah," katanya.
Namun, Bambang tetap optimistis untuk tahun 2025, dengan program pemerintah seperti target pembangunan rumah Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebanyak 800.000 unit dan renovasi rumah pedesaan yang diharapkan dapat menggairahkan kembali pasar properti.
Ia menambahkan bahwa sektor properti dapat memberikan dampak positif terhadap perekonomian nasional, yang ditargetkan tumbuh 8% pada 2025, dengan menciptakan jutaan lapangan kerja dan berpotensi meningkatkan ekonomi sebesar 0,5 hingga 1%.
Baca Juga: PPN DTP 100% Tidak Signifikan Kerek Penjualan Apartemen Ciputra (CTRA)
"Jangan lupa bergeraknya sektor properti akan menarik 184 bisnis terkait langsung dan tidak langsung, juga menciptakan jutaan lapangan kerja baru. Khususnya buruh bangun bisa mengangkat pertumbuhan ekonomi kita 0,5 sampai 1%," pungkasnya.
Selanjutnya: 5 Fitur Aksesibilitas iPhone Tersembunyi yang Bisa Digunakan Setiap Hari
Menarik Dibaca: 5 Fitur Aksesibilitas iPhone Tersembunyi yang Bisa Digunakan Setiap Hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News