Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengusaha Iwan Sunito akan mempercepat ekspansi ONE Global Capital tahun ini. Sejumlah proyek baru ditargetkan segera diluncurkan pengembang dan perusahaan arsitektur ini serta akan diselesaikan pembangunannya hingga tujuh tahun ke depan.
Ekspansi bisnis dipercepat demi mencapai target valuasi ONE Global Capital bisa mencapai US$ 5 miliar pada tahun 2031 atau secara Rp 78 triliun (asumsi Rp 15.600 per US$). "Tahun ini merupakan titik balik bagi saya secara pribadi dan merupakan tahun akselerasi bagi ONE Global Capital," ujar Iwan Sunito, Founder dan CEO ONE Global Capital, Rabu (20/3).
Iwan mengatakan, ONE Global Capital mengawali tahun 2024 dengan melanjutkan kemitraannya yang telah berlangsung lima tahun dengan program televisi populer di Australia, Married at First Sight, yang telah membawa peningkatan signifikan pada visibilitas SKYE Suites. Dua hotel SKYE Suites berhasil merangsek ke top 30 hotel di Sydney menurut TripAdvisor.
ONE Global Capital menjadi kendaraan Iwan dalam mengembangkan bisnis properti di Australia setelah pecah kongsi dengan Paul Satrio yang sudah terjalin selama 30 tahun membangun Crown Group.
Tahun ini, ONE Global Capital akan meresmikan ONE Convention Center di Green Square, sebuah gedung konvensl yang berlokasi di Infinity, Green Square, dengan kapasitas 1.000 orang.
Selain itu, kata Iwan, perusahaan akan fokus menyelesaikan proyek hunian ONE Macquarie Park dan ONE Chatswood. Perusahaan telah mengantongi perizinan untuk memulai pembangunan kedua proyek tersebut.
Baca Juga: One Global Capital Akan Luncurkan Dua Proyek Properti di Australia
ONE Maquarie Park merupakan proyek mixed used dengan luas area 23.860 meter persegi (m2). Proyek yang merangkum 260 unit apartemen ditargetkan akan rampung dibangun pada tahun 2026.
Iwan bilang, proyeksi nilai penjualan ONE Maquarie Park akan mencapai US$ 500 juta, naik 30% dari target awal perusahaan. Hal ini seiring dengan adanya insentif yang diberikan pemerintah bagi pengembang yang mengalokasikan 15% dari proyeknya untuk hunian murah.
“Kami mengalokasikan affordable housing di apartemen ini yang nantinya harga sewanya bisa 20% lebih murah dari pasaran. Pemerintah mengharapkan ini bisa disewakan murah untukjangka panjang, hingga 15 tahun,” kata Iwan.
Sementara One Chatswood memiliki area pengembangan 34.630 m2. Proyek ini terdiri dari 320 unit apartemen dimana 110 unit apartemen sewa. Proyek ini ditargetkan selesai dibangun pada tahun 2028.
Adapun proyek lain yang direncanakan pengembang ini adalah apartemen Five Dock dengan luas area 42.366 m2 yang merangkum 348 unit apartemen . Proyek yang lokasinya hanya 5 kilometer (km) dari Sydney CBD ini ditargetkan rampung dibangun pada 2028.
Berencana IPO pada 2031
Percepatan ekspansi yang dilakukan ONE Global Capital juga sebagai bagian dari persiapan untuk menjadi perusahaan publik dalam tujuh tahun ke depan. Iwan mengatakan, perusahaan berencana melakukan initial public Offering (IPO) di Bursa Sydney pada 2031.
Iwan menjelaskan, rencana IPO tersebut ditujukan untuk memperbesar kapasitas ONE Global Capital dan sekaligus bisa tumbuh berkelanjutan karena diawasi publik. Adapun nilai valuasi yang dibidik saat pelaksanaan IPO mencapai US$ 5 miliar.
Baca Juga: ONE Global Resort Gandeng OXO Living Mengembangkan Properti di Bali
Ia menambahkan, rencana IPO tersbeut dilakukan bukan karena Iwan ingin segera pensiun dari bisnis properti tetapi ingin bisa tumbuh lebih besar lagi. Oleh karena itu, ia berkomitmen tetap menjaga kepemilikannya dalam perusahaan itu hingga 50%. “Biasanya investor tidak suka jika pemilik perusahaan terlalu besar melepas kepemilikannya karena itu indikasi pemilik bisa lepas tangan terhadap perusahaan itu,” jelasnya.
Persiapan panjang dilakukan sebelum IPO karena Iwan ingin kapasitas SDM perusahaan kuat dan solid dulu dan setidaknya pendapatan berulang atau recurring income perusahaan sudah 50% dari total pendapatan tahunan.
Pecah Kongsi Crown Group
Sementara menanggapi terkait pecah kongsi dirinya dengan Paul Sathio, yang sama-sama telah mengembangkan Crown Group selama 30 tahun, Iwan menilai hal itu merupakan hal biasa terjadi dalam sebuah bisnis. Bahkan, bisnis keluarga saja bisa pecah jika sudah tidak ada lagi kesamaan visi di antara pihak-pihaknya yang terlibat dalam kolaborasi bersama.
Baca Juga: Perseteruan Duet Raksasa Properti Australia Asal Indonesia, Iwan Sunito Buka Suara
Ia mengatakan, indikasi akan terjadi pecah kongsi antara dua warga Indonesia yang sukses jadi pengembang di Australia itu sudah terlihat sejak tujuh tahun lalu. Sejak awal menjalin kerja sama, keduanya memiliki visi membangun Crown Group sebagai perusahaan yang dikembangkan secara profesional, bukan perusahaan keluarga.
“Pondasi awal saya dengan Paul, ini bukan family business. Tapi dalam perkembangannya saya melihat visi sudah mulai berbeda sejak ia menempatkan anaknya untuk memimpin divisi konstruksi yang saya pikir ia belum cukup berpengalaman disitu,” jelasnya.
Apa yang ia khawatirkan terjadi. Mulai terjadi pembengkakan biaya konstruksi dalam pembangunan proyek yang dibangun Crown. Sementara visi mereka dalam membangun proyek sejak awal adalah efisiensi.
Iwan tak bisa mengambil tindakan karena kepemilikan Crown Group antara dirinya dan Paul adalah masing-masing 50%, tidak ada pengendali. Itu sebabnya, Iwan telah mempersiapkan One Capital global sejak empat tahun lalu setelah melihat indikasi bakal pecah kongsi.
Ia sebetulnya menyayangkan perpecahan tersebut meski itu merupakan jalan terbaik karena sudah 1,5 tahun terakhir keduanya berselisih dan tidak menemukan titik sepakat. “Saya melihat ini yang terbaik bagi kami berdua. Kami bisa bebas mengembangkan bisnis sendiri sesuai visi masing-masing,” ujar Iwan.
Sebagai informasi, Crown Group saat ini tengah dalam proses likuidiasi oleh BDO Australia setelah keputusan Paul Sathio dan Iwan Sunito memutuskan tidak lagi kerja sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News