kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.934.000   -11.000   -0,57%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Philips Luncurkan Future Health Index 2025, Soroti Potensi AI di Industri kesehatan


Kamis, 24 Juli 2025 / 17:14 WIB
Philips Luncurkan Future Health Index 2025, Soroti Potensi AI di Industri kesehatan
ILUSTRASI. Peluncuran Laporan Future Health Index (FHI) 2025 pada Rabu (23/7/2025).


Reporter: Vina Elvira | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Royal Philips, perusahaan global di bidang teknologi kesehatan, merilis temuan dari Indonesia dalam laporan tahunan Future Health Index (FHI) 2025 edisi ke-10. 

FHI 2025 menggali wawasan dari tenaga kesehatan profesional dan pasien di 16 negara, termasuk Indonesia dan negara-negara lain di kawasan Asia Pasifik (APAC). 

Laporan ini mengeksplorasi bagaimana kecerdasan buatan (AI) dan inovasi digital dapat membantu meningkatkan akses layanan kesehatan, hasil perawatan, dan ketahanan sistem kesehatan.

Presiden Direktur Philips Indonesia Astri Ramayanti Dharmawan mengatakan, seiring percepatan transformasi digital di sektor kesehatan Indonesia, temuan ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara paling optimis terhadap peran AI dalam layanan kesehatan. 

Namun, di balik optimisme tersebut, temuan ini juga menggarisbawahi pentingnya kepercayaan, edukasi, dan desain inklusif untuk memastikan implementasi yang sukses dan merata. 

Baca Juga: Philips Luncurkan Sistem MRI Blue Seal Bebas Helium Dukung Kesehatan Berkelanjutan

“Untuk mewujudkan potensi tersebut, kita harus merancang dengan empati, membangun kepercayaan, dan memastikan implementasi yang bertanggung jawab demi memenuhi kebutuhan pasien dan tenaga kesehatan,” ungkap Astri, dalam peluncuran Laporan Future Health Index (FHI) 2025 pada Rabu (23/7). 

Laporan ini mengungkap bahwa sistem kesehatan Indonesia terus menghadapi peningkatan permintaan dan kekurangan tenaga medis spesialis. 

Indonesia hanya mencetak sekitar 2.700 dokter spesialis baru per tahun, sementara kebutuhan nasional diperkirakan mencapai 29.000. 

Hasil survei ini menyebutkan bahwa 77% pasien mengalami waktu tunggu yang lama untuk bertemu spesialis, dan 1 dari 3 pasien (33%) bahkan mengalami keterlambatan untuk mendapatkan perawatan umum. 

“Jauh lebih kritis, 51% pasien melaporkan kondisi kesehatan mereka memburuk karena tidak dapat segera mengakses layanan kesehatan tepat waktu, dan 45% dirawat di rumah sakit akibat hal tersebut,” sebut Astri. 

Baca Juga: Jaga Kualitas Air Kemasan dari Mikroplastik dan BPA, Philips Tawarkan Solusi

Terlepas dari tantangan ini, baik tenaga kesehatan maupun pasien di Indonesia menyatakan keyakinan yang kuat terhadap potensi AI untuk meningkatkan layanan kesehatan. 

Optimisme ini melampaui rata-rata di APAC dan global. Menurut survei, 84% tenaga kesehatan dan 74% pasien menganggap AI dapat meningkatkan layanan kesehatan. 

Namun, laporan ini juga mengidentifikasi tantangan alur kerja yang masih berlangsung. Lebih dari separuh (56%) melaporkan bahwa mereka menghabiskan lebih sedikit waktu dengan pasien dan lebih banyak waktu untuk tugas administratif dibandingkan lima tahun lalu. 

Selanjutnya, 62% tenaga kesehatan juga mengatakan mereka kehilangan waktu klinis karena data yang terfragmentasi atau tidak dapat diakses. 

Tanpa adopsi AI yang bermakna, 57% tenaga kesehatan memperkirakan akan terjadi penumpukan pasien yang semakin parah, 49% memperkirakan hilangnya peluang untuk intervensi dini, dan 46% memperkirakan tingkat kelelahan (burnout) yang lebih tinggi.

Astri menambahkan, Indonesia berada pada posisi yang tepat untuk memimpin penerapan AI dalam layanan kesehatan. 

Dengan cakupan kesehatan yang hampir universal di bawah JKN dan komitmen kuat pemerintah melalui roadmap transformasi kesehatan digital Kementerian Kesehatan, fondasi semakin kokoh. 

“Yang paling penting saat ini adalah menyelaraskan inovasi dengan kebutuhan manusia dan memberikan solusi yang inklusif, efektif, dan berskala besar dengan perlindungan yang kuat.  Dengan perlindungan dan kemitraan yang tepat, masa depan AI dalam sistem kesehatan Indonesia menjanjikan dan berada dalam jangkauan,” tandasnya. 

Baca Juga: Philips Healthcare dan RSPON Berkolaborasi Tingkatkan Pelayanan Stroke di Indonesia

Selanjutnya: BI Berharap Perang Tarif Dagang Tak Ganggu Aliran DHE ke Indonesia

Menarik Dibaca: 100 Anak Muda ASEAN Siap Laksanakan Proyek Sosial Lintas Negara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×