Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Belum selesai pandemi Covid-19, industri kabel dalam negeri harus kembali didera sentimen negatif yakni arah kebijakan kelistrikan Tanah Air yang masih abu-abu. Terakhir, Menteri BUMN Erick Thohir meminta kepada Kementerian ESDM untuk membatasi pemberian izin usaha penyediaan listrik. Lantas hal itu dinilai bisa menghambat investasi baru dalam pembangunan pembangkit listrik.
Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail mengatakan saat ini kabar kapasitas listrik disebut oversupply karena pandemi corona yang membuat kegiatan industri maupun masyarakat menurun.
Adapun perihal persoalan usulan pembatasan izin usaha penyediaan listrik yang belakangan santer terdengar, dikhawatirkan menghambat atau menunda pengerjaan dan pengoperasian sejumlah pembangkit mega proyek 35.000 MW.
Baca Juga: CPIN masih pertahankan target penjualan meski harga ayam broiler dan DOC tertekan
Noval mengatakan jika proyek pembangkit PLN terhenti sementara maka yang akan merasakan dampak besar adalah pabrikan kabel yang produksinya dominan untuk PLN atau hanya memasok ke proyek PLN. Noval bilang bisa membuat penjualan mereka turun drastis bahkan kapasitas bisa merosot sampai di bawah 50%.
Noval memaparkan dari 60 anggota Apkabel ada sekitar 23 pabrik yang memasok kabel untuk proyek PLN dan sekitar 10 di antaranya yang supply kabel hanya untuk PLN, tidak ada sumber lainnya. "Jadi akan sangat berdampak dan berpotensi merugi ke kurang lebih 10 pabrikan yang memang hanya melulu supply di PLN," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/10).
Lalu bagaimana dengan nasib pabrikan lainnya? Noval menjawab tergantung. Kalau pabrikan lain punya fasilitas untuk memasok tidak hanya ke PLN, tetapi juga ke retail, dan fiber optic maka mereka bisa bertahan dan okupansinya bisa di atas 50% kapasitas mereka.
Tidak hanya itu, jika proyek pembangkit 35.000 MW ini terhenti sementara, tentu proyek kabel transmisi juga akan menurun. Sebab setelah proyek pembangkit selesai dibangun, kelanjutannya adalah proyek transmisi.
Baca Juga: Pertamina ajukan penambahan split blok migas
Noval mengatakan tahun depan, permintaan transmisi akan drop jauh seiring dengan proyek transmisi yang berkurang. Meski begitu, permintaan transmisi masih bisa didapat dari proyek yang sudah berjalan atau akan selesai.
"Untuk tahun depan ada beberapa sisa-sisa pembangkit yang sudah dan akan running. Namun kalo lihat dari sisi ini yang pasti proyeksi produksi dan sales untuk pabrik kabel pasti berkurang," paparnya.
Lantas untuk hitungan kerugiannya, Noval mengatakan tergantung bagaimana pabrikan kabel bisa memenuhi fixed cost dan marginnya. Jika pabrikan kabel hanya fokus supply di PLN, potensi kerugiannya tentu besar karena tidak ada order yang masuk.
Namun, bukan berarti semua permintaan jadi terhenti. Masih ada permintaan dari proyek distribusi yang akan terus berjalan. Sebagai informasi, distribusi adalah maintanance operation semisal kabel yang digunakan untuk menyambung listrik ke rumah-rumah maupun ke fasilitas lainnya,
Prospek bisnis kabel
Meskipun ada potensi Mega Proyek 35.000 MW tertunda pengerjaan dan pengoperasiannya, Noval tetap optimistis bahwa permintaan dari PLN tidak akan berhenti karena ke depannya proyek listrik akan terus berjalan mengingat ada penambahan penduduk dan perkembangan industri. Maka dari itu, harapannya 3-5 tahun ke depan kondisi akan menuju normal sehingga permintaan kabel bisa seperti sebelumnya.
Baca Juga: Meski terdampak pandemi, ini faktor yang akan mendorong permintaan semen domestik
"Jadi yang penting saat ini adalah bagaimana pabrikan bisa mempertahankan hidupnya dalam 1-2 tahun ke depan. Maka dari itu dua tahun ke depan gak bisa hanya mengandalkan PLN saja," jelasnya.
Noval mengatakan saat ini sudah ada kecenderungan pabrikan listrik mulai mengganti arah, memasok kabel ke proyek swasta dan ritel. Namun, upaya banting setir ini tidak mudah, sebab menurut Noval kue proyek swasta maupun ritel terbatas.
"Bisa dibilang, nanti akan ada dinamika lain yang terjadi dalam rangka mencoba bertahan terhadap industri mereka masing-masing," kata Noval.
Selanjutnya: Jaga kinerja, SKK Migas dorong insentif sektor hulu migas
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News