kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,31   7,91   0.88%
  • EMAS1.354.000 1,65%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Racik strategi agar tetap kompetitif di bisnis air minum


Selasa, 23 Oktober 2018 / 18:09 WIB
Racik strategi agar tetap kompetitif di bisnis air minum
ILUSTRASI. Bongkar Muat air Minum Dalam Kemasan (AMDK)


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak mudah untuk langgeng berbisnis di sektor minuman. Baru-baru ini saja, beberapa produsen minuman tersangkut Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang menjerumuskan bisnisnya pada kepailitan.

Sebut saja, perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) merek Viro, PT Tirta Amarta Bottling Company dipaksa untuk restrukturisasi utang melalui PKPU tersebut. Tirta Amarta sebelumnya juga telah bermasalah lantaran melakukan penyelewengan kredit yang diberikan PT Bank Mandiri (persero) Tbk (BMRI). Dari catatan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), total kerugian akibat penyelewengan ini senilai Rp 1,83 triliun.

Rachmat Hidayat, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) menanggapi tampaknya ada urusan internal perusahaan tersebut yang menyebabkan usahanya dituntut. Bagi Rachmat, kompetisi di bisnis air minum ini sangat ketat ditengah banyaknya pemain sehingga menuntut produsen harus pandai-pandai dalam mengatur strategi.

Lebih lanjut ia mengatakan, barrier to entry dan barrier to exit sektor ini kecil sekali, ditambah kompetisi lebih dari 2.000 merek di Indonesia. "Bisnis ini menjual brand, bukan hanya airnya saja. Bagaimana brand tersebut memenangkan hati konsumen," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Selasa (23/10).

Untuk saat ini, Rachmat mengaku sektor air minum sudah mengalami rebound dengan proyeksi pertumbuhan 9%-10% sampai akhir tahun ini. Dari segi kapasitas produksi nasional sudah meningkat menjadi 29 miliar liter per tahunnya, dimana pada tahun lalu tercatat 27 miliar liter per tahun.

Meski demikian bisnis ini bukan tanpa tantangan, sektor ini menurut asosiasi cukup sensitif dengan regulasi yang nantinya berefek pada jalannya industri seperti. Selain itu, dengan naiknya dolar AS tentu berakibat pada naiknya harga packaging botol minuman.

Untuk itu kata Rachmat, diperlukan efisiensi dan kecermatan mengelola distribusi agar tetap memperoleh margin keuntungan yang baik. "Katakanlah setiap daerah punya brand mereka harus bisa fokus pada distribusi dan logistiknya dulu. Karena produk ini harganya sensitif jika efek efisiensi tidak terasa," sebutnya.

Di kalangan pelaku industri air minum menyadari bahwa produk mereka low value, sehingga putaran bisnisnya kata Rachmat harus tinggi. Disamping itu produsen juga harus pintar membaca kebijakan baru dan kondisi pasar yang terkini.

Langkah penambahan distribusi inilah yang menjadi strategi PT Sariguna Primatirta Tbk yang memiliki brand air minum "Cleo". Lukas Setio Wongso, Sekretaris Perusahaan mengatakan perseroan akan mengoptimalisasikan pembangunan jaringan distribusi hingga menambah kapasitas produksi di berbagai kota besar di Indonesia.

"Sehingga kami cukup optimis dengan target omzet Rp 1 triliun tahun ini," ujarnya. Di tahun 2018, perseroan memang tengah berencana menambah jaringan distribusi internal dan eksternal, masing-masing menjadi 100 dan 71 distributor.

Selain itu CLEO juga berinvestasi untuk memperkuat armada pengiriman ke para distributor dan investasi beberapa lahan untuk pengembangan pabrik baru dengan penambahan sekitar 60 unit truk. Perseroan juga diketahui tengah melakukan perluasan pabrik di Pandaan, Pasuruan.

Sementara itu bagi produsen air minum "Pure Life" PT Akasha Wira International Tbk untuk dapat meraih perolehan keuntungan yang signifikan perseroan perlu melakukan beberapa efisiensi. "Khususnya marketing harus lebih tepat sasaran, sementara kalau ada distribusi yang tidak efisien kami kurangi," terang Thomas M. Wisnu Adjie, Direktur Independen perseroan.

Biaya produksi seperti bahan baku, ongkos listrik dan kemasan semuanya mengalami kenaikan, diakui Wisnu mengalami kenaikan. Sementara konsumsi consumer goods di masyarakat dinilai belum terlalu tumbuh, sehingga perusahaan harus pandai-pandai menata strategi bisnisnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×