kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Riset Accenture: Setengah dari perusahaan Forbes 500 jatuh akibat disrupsi digital


Jumat, 20 Maret 2020 / 09:43 WIB
Riset Accenture: Setengah dari perusahaan Forbes 500 jatuh akibat disrupsi digital
ILUSTRASI. Nama Perusahaan : Accenture ;Jenis usaha : Layanan teknologi multinasional, konsultasi manajemen, dan perusahaan outsourcing ;Alamat : Dublin, Irlandia ;Negara : Irlandia ;Desainer : Landor Associates ;Harga Logo : US$ 100 juta (Jika kurs US$ 1 = Rp 14.00


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Accenture dalam riset terbarunya bertajuk Technology Vision memaparkan saat ini dunia telah melewati era digital dan masuk ke era pasca digital. Oleh karena itu, perusahaan perlu memiliki strategi dan orientasi pada manusia yang selaras dengan perkembangan teknologi.

Dalam tiga tahun ke depan, perusahaan perlu mengidentifikasi lima tren utama untuk meredakan bentrokan teknologi dan mewujudkan nilai bisnis baru. Di antaranya adalah SDM yang tangguh, implementasi AI, dilema kecerdasan, penggunaan robot di alam terbuka dan DNA Inovasi.

Baca Juga: Riset Accenture: Tekfin akan rebut US$ 280 miliar dari bank dalam bisnis pembayaran

Nia Sarinastiti, Marketing & Communication Director Accenture Indonesia menyebutkan banyak perusahaan-perusahaan yang gagap menerapkan transformasi teknologi menjadi korban. Pun banyak pula perusahaan yang tepat menggunakan teknologi menjadi perusahaan raksasa global.

“Teknologi adalah investasi, jadi harus diperhitungkan implikasinya pada berbagai aspek. Jadi jangan menerapkan teknologi karena hanya sekadar ikut-ikut. Bila kita lihat, disrupsi digital telah mampu membuat 50% perusahaan Forbes 500 jatuh sejak tahun 2000,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (19/3)

Di Indonesia sebanyak 83% dari eksekutif perusahaan menyampaikan kebutuhan inovasi belum pernah setinggi ini. Oleh karena itu, diperlukan cara-cara inovasi dengan mitra ekosistem dan pihak ketiga agar transformasi digital bisa berjalan baik.

Apalagi Indonesia juga dinilai sudah mampu menerapkan teknologi 5G yang menurut Asosiasi Penyelenggara Ajsa Telekomunikasi Indonesia (ATSI) akan bisa dimulai pada 2022 dengan nilai bisnis mencapai Rp 27 triliun per tahunnya.

Baca Juga: Bank hadapi risiko kehilangan komisi miliaran dolar AS

Divisi Human Resources harus berperan mengawal transformasi digital ini, sebab banyak 70% inisiatif transformasi digital gagal karena ketidaksiapan SDM dan budaya. Banyak CEO yang jatuh dalam perangkap teknologi justru di tengah upaya transformasi digital.

“Sekarang ini kita melihat bentrokan teknologi yang disebabkan oleh harapan konsumen, potensi teknologi, dan ambisi bisnis dan sekarang kita berada pada titik dimana perubahan kepemimpinan menjadi penting,” lanjutnya.

Saat ini para eksekutif telah melihat bahwa tantangan terbesar dalam inovasi teknologi adalah memperhatikan hal-hal di luar teknologi seperti perubahan iklim, pembangunan berkelanjutan dan energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×