Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak dunia terus mengalami penurunan, sehingga memungkinkan terjadinya penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Namun, kebijakan ini pun memiliki plus dan minusnya tersendiri. Sebagai catatan, harga minyak dunia jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent sama-sama berada di kisaran US$ 20 per barel pada saat ini.
Pengamat minyak dan gas (migas) Universitas Trisakti Pri Agung Rakhmanto menilai, di atas kertas penurunan harga minyak global dapat dimanfaatkan untuk penerapan kebijakan-kebijakan di sektor energi yang memberi dampak luas bagi masyarakat.
Baca Juga: Kemenkeu pastikan protokol manajemen krisis siap jika diperlukan
Kebijakan tersebut bukan hanya penurunan harga BBM, melainkan juga memperbanyak stok BBM dalam jangka pendek.
Kemudian, jika kondisinya mendukung, dalam jangka pendek hingga menengah pemerintah juga bisa mulai mengkaji kemungkinan menerapkan harga BBM tanpa subsidi. Dengan kata lain, Indonesia bisa keluar dari belenggu subsidi harga BBM.
“Tapi ini dengan catatan seluruh stakeholder konsisten dalam menerapkan kebijakan lanjutan seperti evaluasi dan penyesuaian harga BBM secara berkala,” ungkap dia, Senin (23/3).
Hanya saja, karena kurs rupiah juga terdepresiasi dihadapan dolar Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini, maka kebijakan penyesuaian harga BBM tidak bisa dilakukan dengan mudah dan perlu kajian yang lebih komprehensif.
Baca Juga: Pemerintah terus godok kebijakan untuk menangkal krisis ekonomi