Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Pemerintah rupanya sudah menyusun empat skenario rencana gas produksi Senoro. Tiga di antaranya menetapkan gas Senoro akan diekspor ke luar negeri.
Berdasarkan dokumen yang diperoleh KONTAN, rapat pengembangan Donggi-Senoro yang berlangsung tanggal 10 November 2009 menetapkan empat skenario peruntukan gas produksi Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah itu. Pertama, sebesar 335 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) gas Senoro akan diekspor, sedangkan domestik diberi jatah 70 mmscfd.
Kedua, semua gas akan dijual kepada PT Donggi-Senoro LNG (DSLNG), selaku konsorsium pengelola. Ketiga, jatah ekspor sebesar 265 mmscfd, untuk domestik sebesar 70 mmscfd. Adapun keempat, semua gas Senoro dijual ke dalam negeri.
Dari empat skenario itu, pemerintah lebih menyukai pertama dan kedua. Alasannya, menurut sumber KONTAN, pendapatan negara yang akan diperoleh cukup besar. "Pada skenario pertama, hitungannya, negara akan memperoleh pendapatan sebesar US$ 6,4 miliar," katanya.
Jika skenario kedua diambil, maka negara akan memperoleh pendapatan sekitar US$ 5,7 miliar. Skenario ketiga tidak disukai karena bisa memundurkan jadwal proyek lantaran harus mengubah desain awal kilang. Selain itu, juga sangat tidak ekonomis untuk membangun kilang LNG dengan suplai hanya 265 mmscfd. "Investor tidak akan tertarik," kata dia.
Skenario terakhir juga tidak akan dipilih. Soalnya, kemampuan menyerap domestik terbatas, sebagian besar gas jadi tidak bisa menghasilkan uang. "Akan ada gas yang terbuang," kata sumber. Selain itu, umur proyek diperkirakan cuma 25 tahun. "Ini tidak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan," katanya.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan terang-terangan memilih skenario pertama. Ia beralasan, harga jual ekspor lebih baik ketimbang harga untuk pembeli domestik. "Investasi yang dikeluarkan Pertamina akan lebih cepat kembali," katanya.
Sebaliknya, Direktur Utama Pupuk Sriwijaya (Pusri) Dadang Kodri tetap berharap gas produksi Senoro tetap dialokasikan untuk memasok kebutuhan dalam negeri. Setidaknya, porsi untuk dalam negeri lebih besar. Soalnya, total kebutuhan tiga calon pembeli yakni Pusri, PLN, dan Panca Amara Utama (PAU) mencapai 221 mmscfd.
Direktur Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto sudah menduga gas Senoro akan diekspor. Soalnya, kelanjutan proyek ini sangat tergantung dari Mitsubishi. Perusahaan asal Jepang itu menguasai 51% saham DSLNG, Pertamina memegang 29%, dan Medco 20%. "Memang ada jatah untuk dalam negeri, tapi kalau sedikit, siapa yang mau beli? Ujung-ujungnya akan diekspor juga," ujar Pri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News