Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) nampaknya tak kompak dalam percepatan proyek Lapangan Abadi, Blok Masela, di Laut Arafuru.
Buktinya, belum tuntas keputusan atas permintaan insentif untuk Inpex Corporation dari pemerintah, SKK Migas malah minta Inpex melakukan pemboran sumur lagi untuk menambah cadangan di blok itu.
Adapun tiga permintaan Inpex ke pemerintah belum ada jawaban. Yakni: pertama, mengubah kontrak dengan menambah perpanjangan kontrak selama 10 tahun atau menjadi habis pada tahun 2038, dari setahun sebelum habis kontrak di 2028.
Kedua, agar internal rate of return (IRR) sebesar 15%. Untuk mendapatkan IRR 15%, salah satu caranya dengan menambah produksi LNG, dari 7,5 ton per tahun menjadi 9,5 ton per tahun. Ketiga, biaya yang sudah dikeluarkan Inpex selama kurun waktu tahun 1998-2016 sebesar US$ 1,2 miliar masuk ke dalam cost recovery.
Tiga permintaan itu lantaran perubahan skema produksi gas dari sebelumnya di kapal floating LNG (FLNG) menjadi di LNG onshore. Tiga permintaan itu akan masuk kajian Inpex agar proyek menjadi ekonomis.
Adanya permintaan menambah produksi, agar mencapai IRR 15% malah ditanggapi dingin oleh SKK Migas. Kepala Humas SKK Migas Taslim Z. Yunus, mengatakan, peningkatan kapasitas produksi menjadi 9,5 juta ton per tahun tersebut sangat tergantung pada cadangan gas Blok Masela.
Menurutnya, jumlah yang bisa diproduksi sesuai dengan cadangan itu sesuai kaidah keteknikan reservoir. "Menghitungnya apakah cukup dengan cadangan segitu untuk LNG? Kan ada juga kewajiban untuk petrokimia dan domestik," jelas Taslim, Senin (26/9).
Untuk itu, jika menginginkan proyek Lapangan Abadi ini cepat, maka Inpex harus melakukan pemboran lagi di Blok Masela. "Kami tidak tahu kapasitas finansial Inpex saat ini, kalau dia memiliki financing untuk mempercepat, barangkali biaya tidak masalah. Ini agar mempercepat pembicaraan keputusan akhir investasi final investment Decision," terang Taslim.
Senior Manager Communication and Relation Inpex Corp Usman Slamet tidak ingin berpolemik soal kewajiban melakukan pemboran lagi, kendati permintaannya belum disetujui pemerintah.
Dia hanya mengatakan, pihaknya akan terus melakukan komunikasi dengan Kementerian ESDM dan SKK Migas mengenai rencana percepatan proyek gas Lapangan Abadi di Blok Masela. "Kami berharap, segera bisa dapat keputusan atas kondisi yang dibutuhkan, agar proyek dengan konsep darat sebagaimana arahan pemerintah bisa segera dimulai," ujarnya ke KONTAN, Selasa (27/9).
Sejak tahun 1999-2014, Inpex sudah membor sumur delineasi (batas reservoir migas) Abadi-1 sampai Abadi-10, dan tambahan sumur eksplorasi Berkat-1 dengan biaya US$ 11 juta-US$ 12 juta per sumur.
Sekadar mengingatka, Inpex tiga kali meminta penambahan produksi. Pertama, dalam plan of development (PoD) I, pada tahun 2010, Inpex mengajukan kapasitas produksi 2,5 juta ton per tahun, lalu pada tahun 2014, Inpex mengajukan revisi PoD pertama menjadi 7,5 juta ton per tahun.
Perubahan itu karena Inpex mengklaim, menemukan cadangan gas baru ,dari 6,05 triliun kaki kubik menjadi 10,73 triliun kaki kubik. Perubahan ketiga, penambahan kapasitas produksi menjadi 9,5 juta ton, lantaran pemerintah mengubah skema produksi dari FLNG, menjadi LNG onshore.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Menteri ESDM Luhut B. Panjaitan akan mengabulkan permintaan Inpex meski masih dikaji. Termasuk soal bagi hasil 60% pemerintah dan 40% Inpex.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News