Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan Indonesia bakal melakukan kerja sama energi dengan Amerika Serikat melalui rencana impor tiga komoditas sekaligus, yakni gas petroleum cair (LPG), minyak mentah (crude oil), dan bahan bakar minyak (BBM).
"Ya, kita yang pertama mengapresiasi ya mengapresiasi negosiasi yang dilakukan oleh Bapak Presiden Prabowo yang langsung berkomunikasi dengan Presiden Trump dan ini merupakan sebuah kemampuan negosiasi di atas rata-rata yang dimiliki oleh Bapak Presiden Prabowo," kata Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (18/7).
Menurut Bahlil, dalam pembicaraan tersebut, Indonesia menyampaikan proposal untuk mengimpor energi dari AS senilai US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar.
“[Komoditasnya] LPG, kemudian BBM, dan crude [minyak mentah],” jelas dia.
Baca Juga: Indonesia Pertimbangkan Impor BBM dari AS, Ini Alasannya
Ia memastikan angka nilai perdagangan energi yang dibahas masih berada di kisaran yang sama, yakni antara US$ 10 miliar hingga US$ 15 miliar. Begitu juga tidak ada perubahan dari sisi jenis komoditas yang akan diimpor.
“LPG, crude, BBM. Kita kan memang selama ini kan kita impor BBM kan ada 3 item, dan saya sudah sampaikan berkali-kali,” ujarnya.
Bahlil bilang, Kementerian ESDM saat ini sedang menyiapkan langkah-langkah lanjutan bersama PT Pertamina (Persero) sebagai pelaksana di lapangan.
“Kami dari ESDM sudah harus melakukan langkah-langkah dalam rangka menindaklanjuti dengan khususnya Pertamina, setelah itu baru saya akan menyampaikan laporan perkembangan terakhir,” tandasnya.
Baca Juga: Impor BBM dari AS Berisiko Kerek Harga BBM
Sebelumnya, PT Pertamina dikabarkan telah menandatangani nota kesepahaman untuk pembelian LPG dan minyak mentah dari Amerika Serikat (AS). Hal ini disampaikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto kepada Reuters pada Selasa (8/7). Pembelian ini bagian dari negosiasi tarif impor dengan AS.
Saat ini, PT Pertamina (Persero) menunggu kepastian regulasi dari pemerintah terkait kerja sama pengadaan minyak mentah (crude) dan liquefied petroleum gas (LPG) dari Amerika Serikat.
Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso mengatakan, langkah ini merupakan bagian dari tindak lanjut proposal Indonesia dalam negosiasi penyesuaian tarif perdagangan dengan Amerika Serikat.
"Nah, untuk melakukan itu kita perlu dukungan regulasi dari pemerintah, untuk menjustifikasi bahwa kita bisa melakukan pengadaan dari sana," Fadjar ditemui di Jakarta, Kamis (17/7).
Fadjar menjelaskan, impor LPG dari Amerika Serikat saat ini sudah mendominasi, dengan porsi mencapai 57% dari total impor Pertamina. Saat ini, ada penjajakan untuk peningkatan porsi impor LPG menjadi 60%.
Namun, ia menegaskan detail volume impor maupun nilai transaksi belum bisa diumumkan ke publik. Hal ini mengacu pada klausul kerahasiaan dalam perjanjian kerja sama energi.
“Jadi yang penting kita mendukung pemerintah, kita kontribusi pertaminan ke pemerintah yang melalui kerjasama itu,” tambahnya.
Menurutnya peningkatan porsi impor LPG akan dilakukan secara bertahap, menyesuaikan kebutuhan domestik, kapasitas fiskal, serta kesiapan kilang dalam negeri.
"MOU-nya juga masih terbuka sifatnya, jadi nanti akan terlihat kebutuhan, kemudian kapasitas fiskal kita juga, dan kesiapan kilang-kilang kita juga nanti untuk menampung,” ujarnya.
Hingga kini, dua komoditas energi yang telah tengah dijajaki oleh Pertamina dengan mitra di AS adalah minyak mentah dan LPG.
Selanjutnya: Daihatsu Akan Luncurkan Mobil Hybrid di GIIAS 2025
Menarik Dibaca: 8 Olahraga yang Paling Efektif Membakar Lemak Tubuh Anda, yuk Lakukan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News