Reporter: David Oliver Purba | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia( Gaikindo) kembali dipusingkan dengan penurunan penjualan mobil nasional di Agustus 2015.
Merujuk data Gaikindo , penjualan mobil di bulan Agustus hanya sebesar 77.000 unit, penjualan ini turun dibandingkan dengan penjualan di bulan sebelumnya semisal Mei dan Juni yang masing masing sebanyak 79.374 unit dan 82.170 unit .
Sebelumnya, Gaikindo menargetkan penjualan mobil di tahun 2015 sebesar 950.000- 1 juta unit. Dalam hitungan KONTAN, untuk mencapai target tersebut, rata-rata penjualan mobil harus mencapai angka 79.000-83.000 unit. Artinya jika penjualan tidak mencapai hitungan tersebut, akan sulit bagi Gaikindo mengejar target penjualan yang sudah ditetapkan.
Ketua Umum Gaikindo Sudirman Maman Rusdi mengungkapkan situasi ekonomi yang tidak stabil serta daya beli masyarakat yang kian menurun diakui Sudirman membuat target tersebut kian sulit tercapai.
Meski enggan berspekulasi terkait revisi target penjualan, Sudirman bilang tidak menutup kemungkinan hal tersebut kembali dilakukan mengingat penjualan per bulan yang belum memenuhi target. Terhitung, tahun ini sudah dua kali Gaikindo merevisi target penjualan, di awal tahun Gaikindo menargetkan 1,2 juta penjualan mobil, lalu dipangkas menjadi 1,1 juta, dan di pertengahan tahun 2015 kembali diturunkan menjadi 950.000 unit- 1 juta unit mobil .
“Belum ada keputusan, kami lihat dulu penjualan September dan Oktober apakah harus ada revisi atau tidak,” ungkap Sudirman kepada KONTAN, Rabu (9/9).
Sudirman bilang, pelemahan rupiah saat ini semakin memperburuk keadaan produsen mobil dalam negeri, terlebih lagi bahan baku yang masih didatangkan secara impor membuat beban biaya semakin membengkak, namun jika harga dinaikkan penjualan akan semakin menciut.
“Situasi sangat sulit, daya beli yang turun serta perlambatan pertumbuhan semuanya mempengaruhi penjual dan pembeli,” ungkap Sudirman.=
Bahkan, Sudirman bilang, salah satu stimulus yakni pelonggaran kredit yang diberikan oleh pemerintah diakui tidak berarti apa-apa di tengah menurunnya daya beli masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News