kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.235.000   -2.000   -0,09%
  • USD/IDR 16.624   -22,00   -0,13%
  • IDX 8.070   25,74   0,32%
  • KOMPAS100 1.116   1,91   0,17%
  • LQ45 786   1,81   0,23%
  • ISSI 283   1,01   0,36%
  • IDX30 413   1,36   0,33%
  • IDXHIDIV20 468   0,61   0,13%
  • IDX80 123   0,47   0,38%
  • IDXV30 133   0,01   0,01%
  • IDXQ30 130   0,46   0,35%

Terpukul impor, omzet industri mainan tergerus 5%


Jumat, 16 November 2012 / 09:15 WIB
Terpukul impor, omzet industri mainan tergerus 5%
ILUSTRASI. Detail botol berisi vaksin COVID-19 Moderna. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pelaku industri mainan nasional makin kesulitan mengembangkan usaha, lantaran semakin derasnya mainan impor yang masuk ke pasar dalam negeri. Tak ayal, omzet industri mainan pun makin tergerus.

Ketua Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) Dhanang Sasongko menyebut,  impor mainan impor menunjukkan tren peningkatan. Alhasil, pada kuartal ketiga tahun ini, omzet industri mainan dalam negeri tergerus hingga 5% dibanding kuartal kedua.

Pada kuartal II-2012, omzet industri mainan dalam negeri masih bisa mencapai Rp 21 miliar. Namun, pada kuartal III-2012, omzet menipis, tinggal menjadi Rp 19,9 miliar.

Lanjut Dhanang, mainan impor yang dijual dengan harga murah menyebabkan, produk industri mainan asal luar negeri makin mudah merebut pasar mainan di Indonesia.

Produsen mainan luar negeri bisa mematok harga jual lebih murah, lantaran  kapasitas produksi mereka besar. Akibatnya, biaya produksi mainan jauh lebih rendah ketimbang mainan buatan lokal.

Padahal, kata Dhanang, industri mainan di luar negeri, masih banyak menggunakan plastik bekas sebagai bahan baku. Hal ini membuat produk mainan mereka sebenarnya berbahaya bagi anak-anak.

Itu sebabnya, Dhanang meminta, pemerintah segera menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk mainan. Dengan begitu serangan mainan impor bisa dibendung. "Kami harapkan segera diterbitkan karena jaringan distribusi mainan impor makin luas," paparnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya mengungkapkan, pihaknya akan terus menggenjot penerbitan aturan SNI dan memperbanyak aturan setiap tahun. Hal ini untuk mengimbangi derasnya produk impor yang melihat Indonesia sebagai pasar besar. "Tahun depan, kami targetkan penerbitan SNI tiga kali lipat dari tahun ini," ujarnya.

Hingga tutup tahun ini, omzet industri mainan diprediksi tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, sekitar Rp 45 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×