kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Terpukul impor, omzet industri mainan tergerus 5%


Jumat, 16 November 2012 / 09:15 WIB
Terpukul impor, omzet industri mainan tergerus 5%
ILUSTRASI. Detail botol berisi vaksin COVID-19 Moderna. ANTARA FOTO/Fransisco Carolio/Lmo/aww.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pelaku industri mainan nasional makin kesulitan mengembangkan usaha, lantaran semakin derasnya mainan impor yang masuk ke pasar dalam negeri. Tak ayal, omzet industri mainan pun makin tergerus.

Ketua Asosiasi Penggiat Mainan Edukatif dan Tradisional Indonesia (APMETI) Dhanang Sasongko menyebut,  impor mainan impor menunjukkan tren peningkatan. Alhasil, pada kuartal ketiga tahun ini, omzet industri mainan dalam negeri tergerus hingga 5% dibanding kuartal kedua.

Pada kuartal II-2012, omzet industri mainan dalam negeri masih bisa mencapai Rp 21 miliar. Namun, pada kuartal III-2012, omzet menipis, tinggal menjadi Rp 19,9 miliar.

Lanjut Dhanang, mainan impor yang dijual dengan harga murah menyebabkan, produk industri mainan asal luar negeri makin mudah merebut pasar mainan di Indonesia.

Produsen mainan luar negeri bisa mematok harga jual lebih murah, lantaran  kapasitas produksi mereka besar. Akibatnya, biaya produksi mainan jauh lebih rendah ketimbang mainan buatan lokal.

Padahal, kata Dhanang, industri mainan di luar negeri, masih banyak menggunakan plastik bekas sebagai bahan baku. Hal ini membuat produk mainan mereka sebenarnya berbahaya bagi anak-anak.

Itu sebabnya, Dhanang meminta, pemerintah segera menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk mainan. Dengan begitu serangan mainan impor bisa dibendung. "Kami harapkan segera diterbitkan karena jaringan distribusi mainan impor makin luas," paparnya.

Sebelumnya, Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Prasetya mengungkapkan, pihaknya akan terus menggenjot penerbitan aturan SNI dan memperbanyak aturan setiap tahun. Hal ini untuk mengimbangi derasnya produk impor yang melihat Indonesia sebagai pasar besar. "Tahun depan, kami targetkan penerbitan SNI tiga kali lipat dari tahun ini," ujarnya.

Hingga tutup tahun ini, omzet industri mainan diprediksi tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, sekitar Rp 45 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×