kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Usai B30, pemerintah tancap gas uji coba B40 dan B50 di kuartal I 2020


Minggu, 05 Januari 2020 / 19:46 WIB
Usai B30, pemerintah tancap gas uji coba B40 dan B50 di kuartal I 2020


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Program mandatori campuran biodiesel 30% dan 70% Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar alias B30 sudah diimplementasikan di seluruh Indonesia pada 1 Januari 2020. Pemerintah, ingin langsung tancap gas untuk meningkatkan baurannya menjadi B40 dan B50.

Presiden Joko Widodo (Jokowi), dalam peresmian program B30 pada 23 Desember 2019 lalu, memerintahkan untuk mulai menguji penerapan B40 pada tahun ini, dan berlanjut ke B50 pada tahun 2021.

Baca Juga: Catatkan rekor harga baru, CPO miliki prospek bagus tahun ini

Menindak lanjuti perintah RI 1 itu, Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan bahwa uji B40 dan B50 akan segera dilakukan oleh Badan Litbang ESDM (Balitbang) pada awal tahun ini.

Menurut Feby, ada sejumlah alternatif untuk penerapan program biodiesel di atas B30. Feby menjelaskan, jika B40 dan B50 tetap berbasis Fatty Acid Methil Ester (FAME), maka perlu diteliti lagi penyempurnaan apa saja yang perlu dilakukan terhadap FAME maupun mesin-mesin yang akan menggunakan FAME dengan kadar di atas 30%.

Sebagai alternatif, kata Feby, B40 bisa menggunakan FAME dengan kadar 30% dan campuran 10% dari green diesel atau Hydrotreated Vegetable Oil (HVO). Sementara untuk B50, kadar campuran HVO bisa sebanyak 20%.

"Kepastian (uji B40 dan B50) di Balitbang," kata Feby saat dihubungi Kontan.co.id akhir pekan ini.

Baca Juga: Program B30 Berjalan Saat Harga CPO Naik, Harga Biodiesel Tidak Berubah

Sementara itu, Kepala Balitbang ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, pihaknya akan segera melakukan uji coba B40 dan B50 pada Kuartal pertama tahun ini. Dadan menjelaskan, uji coba ini dilakukan dalam beberapa tahapan.

Pertama, kata Dadan, uji pencampuran untuk mendapatkan komposisi kadar campuran B40 dan B50 yang tepat. "Dalam tahapan ini akan diuji beberapa komposisi biodiesel dengan spesifikasi yang beragam sehingga didapat campuran yang optimal dari sisi keteknikan dan juga biaya produksi," terang Dadan, kepada Kontan.co.id, Minggu (5/1).

Setelah didapatkan komposisi pencampuran yang tepat, sambung Dadan, selanjutnya dilakukan uji mesin statis dan berlanjut ke uji jalan. "Apabila diperlukan, dilakukan kembali pengulangan tahapan ini sehingga didapatkan B40 dan B50 yg paling optimal," sebutnya.

Dadan belum menyebutkan uji coba ini membutuhkan waktu berapa lama. Namun, Dadan mengatakan bahwa pihaknya akan memenuhi jadwal yang ditargetkan Presiden, yakni menyelesaikan tahap uji coba pada tahun ini. "Untuk targetnya mengikuti apa yang telah disampaikan oleh Presiden," sebutnya.

Baca Juga: Mandatori B30 dimulai 1 Januari 2020, harga biosolar tak terpengaruh kenaikan CPO

Sehingga, priroitas uji coba akan dilakukan untuk program B40. Meskipun ada tahap uji yang bisa dilakukan bersamaan. "Prioritas pengujian di B40 dulu. Untuk beberapa hal, misalnya uji pencampuran dan penyimpanan, akan sekaligus," jelasnya.

Dalam uji coba ini, Dadan menekankan bahwa pihaknya juga melibatkan para pemangku kepentingan, termasuk produsen kendaraan, alat berat, operator kapal laut, kereta api, dan juga pembangkit listrik. "Seperti pada kegiatan sebelumnya, pelaksanaan uji coba ini melibatkan para pemangku kepentingan," tandas Dadan.

Penghematan Devisa

Adapun, dengan program biodisel ini, pemerintah berharap bisa mengurangi impor solar dan menghemat devisa. Dengan program B30 yang diberlakukan mulai 1 Januari 2020 ini misalnya, pemerintah mengestimasikan bisa menghemat devisa hingga sekitar Rp 63 triliun.

Andriah Feby Misna mengatakan, estimasi itu didapat dengan mengkomparasikan impor solar yang berdasarkan harga Mean of Plattss Singapore (MOPS), volume FAME yang digunakan dan kurs rupiah.

"Itu estimasi saja, berapa biofuel yang bisa dipakai, segitu impor yang kita kurangi," jelasnya.

Sementara itu, menurut peneliti Indef, Abra P. G. Talattov, dengan tambahan campuran biosolar dari B20 ke B30 maka devisa yang bisa dihemat minimal mencapai sekitar US$ 2 miliar atau Rp 30 triliun.

Baca Juga: Pelaku industri sawit optimis harga CPO memiliki tren positif di tahun 2020

Perkiraan tersebut dihitung berdasarkan estimasi pengurangan impor solar sepanjang tahun 2019 karena program B20. "Penghematan devisa tersebut akan sangat bergantung dengan fluktuasi harga minyak dunia tahun ini," ujarnya.

Lebih lanjut, Abra memprediksi, harga minyak mentah dunia berpotensi naik. Hal itu dipicu oleh memanasnya eskalasi geopolitik Amerika Serikat dan Iran. Jika harga minyak melonjak, kata Abra, maka penghematan devisa dari program B30 akan lebih tinggi lagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×