Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Pada tahun ini, laba bersih PTFi ditaksir bisa di atas US$ 700 juta. "Tentu saja apabila harga naik, dengan tingkat produksi yang sesuai jadwal, pendapatan akan lebih tinggi," jelas Tony.
Melihat hal tersebut, Orias optimistis masa pelunasan obligasi bisa lebih cepat satu tahun dari yang sudah direncanakan, menjadi tahun 2024 atau 2025. "Dengan kondisi seperti itu, tadi kami perkirakan 2025 atau 2026, mungkin bisa dipercepat menjadi 2024 atau awal 2025 untuk payback period-nya," ujar Orias.
Sebagai bagian dari strategi keuangan, MIND ID juga sudah mencicil obligasi yang akan jatuh tempo pada 2021 dan 2023. Orias membeberkan, setelah menerbitkan obligasi US$ 4 miliar pada November 2018 untuk mengakuisisi PTFI, MIND ID juga telah menerbitkan obligasi kedua di tahun ini, sebesar US$ 2,5 miliar.
Dari dana US$ 2,5 miliar tersebut, sebanyak US$ 1,1 miliar digunakan untuk membayar balik sebagian obligasi yang jatuh tempo di 2021 dan 2023. Dengan begitu, jatuh tempo obligasi yang semula US$ 1 miliar pada 2021 kini tersisa US$ 500 juta. Sedangkan untuk tenor 2023 yang tadinya US$ 1,25 miliar kini tersisa sekitar US$ 500 juta.
Baca Juga: Soal smelter tembaga Freeport dan Amman Mineral, begini kata IMA dan AP3I
"Jadi beban yang akan jatuh tempo di 2021 dan 2023 sebagian telah kami bayar untuk meringankan tekanan segera membayar dalam jumlah besar. Jadi tekanan jangka pendek bisa dihindari," jelas Orias.
Adapun sisa dana dari penerbitan obligasi kedua tersebut juga digunakan untuk membiayai akuisisi saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Akuisisi 20% plus 1 lembar saham INCO oleh MIND ID itu rampung pada 7 Oktober 2020 dengan nilai sebesar US$ 372 juta atau Rp 5,52 triliun.
Baca Juga: Freeport Indonesia Pastikan Tetap Laksanakan Proyek Smelter di Gresik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News