Reporter: Leni Wandira | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri galangan kapal nasional masih menghadapi tantangan yang semakin kompleks, baik dari faktor global maupun domestik.
Meski Indonesia memiliki sekitar 250 galangan kapal, dengan 160 di antaranya mampu membangun kapal baru, tingkat pemanfaatan kapasitas masih relatif rendah.
Pengamat maritim dari Ikatan Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC) Marcellus Hakeng menilai, dominasi Batam sebagai pusat galangan nasional memang kuat, tetapi juga memunculkan kesenjangan dengan daerah lain yang baru merintis industri serupa.
“Ekosistem di Batam sudah matang, infrastrukturnya lengkap, tenaga kerja terampil tersedia, dan letaknya sangat dekat dengan jalur perdagangan internasional Selat Malaka. Namun, dominasi ini melahirkan kesenjangan sehingga pemerataan kapasitas menjadi pekerjaan rumah yang tak bisa diabaikan,” ujar Hakeng kepada Kontan, Kamis (4/9/2025).
Baca Juga: Rayu Trump, Korsel Suntik Investasi Besar untuk Hidupkan Industri Galangan Kapal AS
Secara regional, posisi daya saing Indonesia di Asia masih berada pada level menengah ke bawah. Jika dibandingkan dengan Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang, Indonesia masih tertinggal jauh, terutama dari sisi kapasitas produksi dan penguasaan teknologi.
“Kapal-kapal kelas atas seperti LNG carrier, kapal tanker superbesar, hingga kontainer ultra large sudah rutin diproduksi negara-negara tersebut. Sementara galangan di Indonesia mayoritas masih fokus pada kapal berukuran menengah seperti kapal penumpang, ro-ro, kapal perikanan, maupun kapal patroli,” jelas Hakeng.
Meski begitu, Indonesia memiliki posisi lebih kuat di Asia Tenggara, khususnya di Batam yang dikenal sebagai hub reparasi kapal internasional. Keunggulan geografis dekat jalur Selat Malaka menjadi modal besar, meski Singapura tetap unggul berkat efisiensi manajemen dan dukungan kebijakan yang konsisten.
Order Kapal Baru Tidak Rutin
Industri galangan kapal Indonesia secara teoritis memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta DWT per tahun, jauh di atas kebutuhan kapal nasional yang hanya 200.000–400.000 DWT per tahun. Namun, kenyataannya kapasitas tersebut belum dimanfaatkan optimal.
“Banyak galangan hanya berjalan pada 30–40% kapasitas. Sebagian besar lebih bergantung pada reparasi dan docking karena order pembangunan kapal baru tidak rutin. Jadi kapasitas besar ini masih seperti ‘potensi tidur’,” kata Hakeng.
Baca Juga: Industri Kapal Lokal Bisa Bangun 1.200 Unit per Tahun, Tapi Baru Terpakai 30%
Padahal, kebutuhan domestik terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan armada logistik, energi, dan penyeberangan. Hakeng menilai bila kapasitas yang ada diarahkan untuk membangun kapal strategis yang selama ini masih diimpor, Indonesia bisa naik kelas dalam industri maritim.
Hakeng menambahkan, tren global turut membentuk arah industri galangan. Green shipping menjadi tuntutan utama menyusul target IMO mengurangi emisi karbon 70% pada 2050.
Hal ini mendorong permintaan kapal ramah lingkungan berbahan bakar LNG, biofuel, hingga hidrogen. Selain itu, digitalisasi melalui smart shipbuilding, CAD, hingga predictive maintenance juga menjadi standar baru.
"Galangan yang mampu mengintegrasikan digitalisasi akan melompat jauh meninggalkan pesaingnya,” ujarnya.
Menurutnya, pasar reparasi dan retrofit juga tumbuh pesat karena kebutuhan penyesuaian standar emisi. Dengan letak geografis strategis, Indonesia punya peluang merebut pasar tersebut.
Hakeng menegaskan, industri galangan bukan sekadar soal pembangunan kapal, melainkan juga simpul yang memperkuat rantai pasok maritim nasional. Setiap pembangunan kapal menggerakkan industri baja, manufaktur komponen, hingga UMKM lokal.
“Galangan kapal adalah fondasi kemandirian maritim. Ia menjaga arus logistik, menciptakan lapangan kerja, dan membuka ruang transfer teknologi. Tanpa kemampuan membangun kapal sendiri, kedaulatan maritim akan rapuh,” imbuhnya.
Baca Juga: Iperindo: Impor Masih Tinggi, Galangan Kapal Nasional Belum Terpakai Maksimal
Selanjutnya: Cadangan Devisa Bank Sentral Dunia Berbentuk Emas Cetak Rekor, Melampaui US Treasury
Menarik Dibaca: Daftar Promo Burger Favorit September 2025, McD hingga Burger King Harga Spesial
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News