Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID – JAKARTA Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat adanya penurunan volume penjualan semen di dalam negeri. Pada bulan Maret 2025 volume penjualan semen 3,8 juta ton atau turun 21.6% dibandingkan Maret 2024 (YoY) yang sebesar 4,9 juta ton.
Pun, Ketua ASI Lilik Unggul Raharjo juga menyatakan bahwa penurunan penjualan semen dalam negeri juga terjadi secara besar-besaran pada kuartal-I 2025. Pada Triwulan-I tahun 2025 (YTD) penjualan semen dalam negeri mengalami penurunan sebesar 7,4% dengan volume 13,4 juta ton, jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024 yang sebesar 14,5 juta ton
Merespons soal ini, Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Danang Girindrawardana melihat bahwa kondisi ini terjadi karena efisiensi belanja yang dilakukan pemerintah. Akibat efisiensi dana belanja oleh pemerintah ini, membuat kebutuhan belanja semen berkurang drastis di tingkat Business-to-Government (B2G).
“Kami melihat pada intinya adalah efek dari efisiensi belanja pemerintah. Efisiensi ketat pada belanja infrastruktur itu mengakibatkan kebutuhan belanja semen berkurang drastis,” terang Danang kepada Kontan, Senin (9/6).
Baca Juga: Ekspansi Multi Hanna (MHKI) Bangun Pengelolaan Limbah Industri di Jawa Timur
Jika ditelisik lebih dalam, Danang menyampaikan bahwa di ritel bahan bangunan belum muncul keluhan adanya penurunan jumlah penjualan semen yang dikonsumsi masyarakat umum.
Jika penurunan penjualan juga terjadi di toko ritel bahan bangunan, ini tentunya menunjukkan pelemahan kemampuan masyarakat seiring dengan program efisiensi pemerintah. Yang artinya, bila masyarakat tidak mampu membeli semen eceran, itu menunjukkan indikator riil lemahnya daya beli.
“Kita lihat di toko-toko bangunan belum terlihat keluhan soal penurunan jualan semen. Atau, hal ini tidak terpotret oleh pemerintah,” jelasnya.
Danang juga memprediksi bahwa penjualan semen dalam negeri pada kuartal-II 2025 masih akan menurun. Sehingga kondisi ini harus segera diantisipasi. Menurutnya, sebaiknya pemerintah memperbaiki kebijakan efisiensi secara lebih tepat sasaran supaya rantai efek domino tidak akan terjadi secara negatif.
“Kuartal-II masih akan menurun. Intinya, di kuartal-II nanti harus diantisipasi. Jangan sampai produksi semen melimpah tapi serapan domestik melemah,” pungkasnya.
Baca Juga: Industri Kabel Masih Terdongkrak Sektor Telekomunikasi dan Energi
Selanjutnya: Malaysia akan Berlakukan Revisi Pajak Penjualan dan Perluasan Pajak Jasa Mulai 1 Juli
Menarik Dibaca: 4 Rekomendasi Bra untuk Payudara Besar, Nyaman dan Anti Kendur
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News