kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Akibat Kejadian Blow Out, COD Unit 3 PLTP Sorik Marapi Tertunda Berbulan-bulan


Senin, 22 Agustus 2022 / 17:09 WIB
Akibat Kejadian Blow Out, COD Unit 3 PLTP Sorik Marapi Tertunda Berbulan-bulan
ILUSTRASI. COD Unit 3 PLTP Sorik Marapi tertunda berbulan-bulan akibat kejadian blow out, . DOK PLN


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Unit 3 pembangkit panas bumi (PLTP) Sorik Marapi berkapasitas 50 MW mengalami penundaan commercial operation date (COD) akibat insiden semburan liar (blow out) lumpur panas dan gas hidrogen sulfida (H2S) di sumur T-12 pada April 2022 yang lalu. 

Sedikit penjelasan mengenai peristiwa blow out, berdasarkan hasil kesimpulan investigasi Kementerian ESDM, semburan lumpur panas ini terjadi ketika sedang melakukan pengeboran sumur T-12.

Mata bor yang digunakan untuk pengeboran menabrak sumur T-11 pada bagian semen dan tie-back sehingga menyebabkan fluida dalam kondisi panas dan bertekanan di dalam sumur T-11 mengalir keluar melalui sumur T-12. 

Manajemen PT Sorik Marapi Geothermal Power menjelaskan bahwa penyebab utama kejadian ini ialah ketidaksesuaian data koordinat dan proyeksi yang disediakan directional drilling dalam hal ini Halliburton Drilling Systems Indonesia dengan kondisi aktualnya. Di sisi lain, juga adanya kelemahan dalam operasional pengeboran dan key personal yang tidak kompeten dan kegagalan dalam sistem protokol  komunikasi sehingga terjadi deviasi antara rencana dengan aktualnya.  

Baca Juga: Komisi VII DPR RI Mendesak Kementerian ESDM Cabut Izin Pengeboran Halliburton

Dadan Kusdiana, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM mengatakan secara tegas bahwa peristiwa ini bisa terjadi diakibatkan tidak profesionalnya proses pengeboran. 

“Jadi upaya kami dari hasil temuan ini adalah bagaimana kami memperbaiki, meminta PT Sorik Marapi Geothermal Power  meningkatkan profesionalisme tersebut,” jelasnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VII DPR RI, Senin (22/8).  

Adapun di tanggal kejadian yakni 24 April 2022, Direktur Panas Bumi selaku Kepala Inspektur Panas Bumi langsung bersurat untuk penghentian sementara sebagian kegiatan Sorik Marapi khususnya kegiatan pengeboran dan uji alir sumur. 

Kondisi terkini, Dirjen EBTKE Kementerian ESDM telah memberikan izin untuk uji alir bagi sumur-sumur yang sudah siap dan seharusnya COD (apabila tidak ada kejadian blow out). Adapun progress work over dalam tahap pemasangan casing scab liner 10 3/4. 

Dadan menerangkan akibat peristiwa ini secara langsung berdampak pada target COD unit 3 yang tadinya dapat terlaksana di Mei 2022 tertunda dan diharapkan dapat dikejar pada September 2022. 

Asal tahu saja, potensi PLTP Sorik Marapi berdasarkan Feasibility Study (FS) sebesar 240 MW. Adapun saat ini pembangkit yang sudah beroperasi sebesar 90 MW yang berasal dari unit 1 sebesar 45 MW dan unit 2 sebesar 45 MW. 

Berdasarkan roadmap pengembangannya, unit 3 sebesar 50 MW seharusnya dapat COD di Mei 2022 tetapi tertunda hingga September 2022. Adapun unit 4 (50 MW) direncanakan pada Mei 2023 dan unit 5 (50 MW) bisa beroperasi di Mei 2024. 

COO CTO PT Sorik Marapi Geothermal Power Riza Pasikki menjelaskan,  KS Orka merupakan induk perusahaan dari sejumlah proyek geothermal di Indonesia di mana salah satunya Sorik Marapi. Adapun saat ini kapasitas terpasang di Sorik Marapi sebesar 90 MW dari total pengembangan 240 MW yang direncanakan selesai sampai akhir 2024. 

Baca Juga: Asosiasi: Pengembangan Panas Bumi Berjalan Lambat

“Saat ini kami menjual listrik ke  PLN dengan harga US$ 8,1 cent per kwh di mana harga ini di bawah BPP listrik Sumatera Utara saat ini yang sebesar US$ 8,6 cent per KwH,” jelasnya dalam kesempatan yang sama. 

Dengan harga tarif yang dijual tersebut, PLN bisa menghemat Rp 51,5 miliar per tahun. Adapun proyek Sorik Marapi Geothermal Power ini sudah berkontribusi ke pendapatan negara sebesar Rp 216 miliar mencakup PNBP, PBB, PPN, dan PPH. 

Sebagai salah satu green energy, pembangkit yang sudah berjalan (90 MW) bisa mengurang emisi Co2 sebesar 800.000 ton per tahun yang  berkontribusi positif atau upaya menahan pemanasan global. 

“Akhir September ini jika kami diizinkan operasi izin sumur dan perbaikan sumur T 11 kami bisa meningkat 140 MW pada akhir September 2022,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×