Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Berdasarkan estimasi IESR, sambung Fabby, potensi PLTS Atap di Indonesia baru bisa mencapai 250 Megawatt. Potensi terbesar adalah PLTS Atap yang berasal dari sektor komersial dan industri sekitar 65%-70%. "10%-15% dari bangunan rumah, dan 15%-20% dari bangunan pemerintahan," ungkap Fabby.
Ketua Asosiasi Energi Surya Indonesia (AESI) Andhika Prastawa mengatakan, penggunaan PLTS Atap memang perlu dorongan dari pemerintah. "Tentunya ini sangat berarti dalam promosi dan inspirasi berbagai pengguna bangunan gedung untuk turut serta menggunakan PLTS Atap," ujarnya.
Baca Juga: Sky Energy Indonesia (JSKY) sambut positif rencana penerbitan Perpres EBT
Kendati begitu, Andhika mengingatkan mengenai keandalan jaringan sistem kelistrikan yang mesti terjaga, supaya PLTS Atap bisa beroperasi dengan optimal. Terutama untuk PLTS Atap yang akan dipasang di luar Jawa-Bali.
Menurut Andhika, dampak penggunaan PLTS Atap terhadap sistem kelistrikan memang tidak bisa terasa instan. "Dampak pengoperasian mungkin baru terlihat setelah 5 tahun, di mana tingkat keandalan sistem sudah kelihatan, dan hasil energinya juga sudah signifikan," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News