kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis outsourcing tertekan pandemi, namun tetap punya peluang di masa depan


Senin, 26 Juli 2021 / 08:10 WIB
Bisnis outsourcing tertekan pandemi, namun tetap punya peluang di masa depan


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis alih daya atau outsourcing cukup tertekan selama masa pandemi Covid-19. Namun, bukan berarti tenaga kerja outsourcing kehilangan pamornya di masa depan.

Ketua Umum Jaringan Usahawan Independen Indonesia (Jusindo) Sutrisno Iwantono mengatakan, permintaan terhadap tenaga kerja outsourcing praktis menurun sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia.

Baca Juga: Terdampak pandemi, karyawan ISS Indonesia berkurang menjadi 47.000 orang

Terlebih, beberapa sektor bisnis seperti perhotelan dan restoran yang notabene memerlukan tenaga outsourcing tampak kesulitan beroperasi secara penuh saat pandemi. Penggunaan jasa outsourcing juga berkurang bagi perusahaan-perusahaan yang menerapkan kebijakan work from home (WFH).

“Okupansi hotel berkurang selama pandemi. Otomatis yang kerja juga berkurang. Tak mungkin pihak hotel memperkerjakan seluruh karyawannya,” ungkap Iwantono memberikan contoh, Minggu (25/7).

Dengan adanya pandemi, terlihat bahwa tantangan tenaga kerja outsourcing saat ini adalah sistem WFH yang mulai berpotensi terus berlanjut hingga pasca pandemi.

Ditambah lagi, beberapa jenis pekerjaan mulai mengalami modifikasi dengan penggunaan teknologi yang lebih masif dan mengurangi mobilitas pekerjanya.

Terlepas dari itu, Iwantono yakin akan tetap ada perusahaan-perusahaan yang membutuhkan jasa outsourcing ketika pandemi mulai terkendali. Bisnis perusahaan penyedia tenaga kerja outsourcing pun tetap bisa berkembang di masa mendatang.

Hal yang terpenting adalah para perusahaan outsourcing bisa beradaptasi dengan perubahan cara kerja akibat adanya pandemi. Selain itu, dengan kondisi pandemi seperti saat ini, tenaga outsourcing yang benar-benar punya keterampilan akan lebih diminati oleh pemberi kerja.

Di sisi lain, pemerintah juga harus memperhatikan nasib para tenaga outsourcing yang tidak terserap oleh perusahaan-perusahaan yang menjadi pemberi kerja. “Pemerintah perlu pikirkan alternatif pekerjaan bagi outsourcing yang tidak tertampung. Mereka bisa saja dijadikan entrepreneur,” ujar Iwantono.

Baca Juga: Sebanyak 1.500 bisnis di seluruh dunia terdampak serangan ransomware

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Industri Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Johnny Darmawan berpendapat, bukan perkara mudah bagi perusahaan penyedia jasa outsourcing untuk mempertahankan karyawannya di masa pandemi.

“Sejak awal PSBB hingga PPKM sudah ada beberapa sektor industri yang mengalami pengurangan karyawan, imbasnya juga terasa ke karyawan outsourcing,” imbuh dia, Minggu (25/7).

Pemerintah sendiri menurut Johnny sudah berusaha semaksimal mungkin agar para pelaku usaha tidak melakukan PHK kepada karyawannya. Misalnya, melalui pemberian berbagai insentif dan keringanan atau penundaan pajak. Namun, kondisinya menjadi sulit karena pandemi Covid-19 menjadi berlarut-larut.

Dia menambahkan, biar bagaimanapun PHK mesti ditempatkan sebagai opsi terakhir bagi tiap perusahaan. Kalaupun opsi PHK ditempuh, maka harus dijalankan sesuai aturan yang berlaku yakni perusahaan memastikan pesangon para karyawannya dilunasi.

Sebelumnya, Presiden Direktur PT ISS Indonesia Elisa Lumbantoruan menyebut, kelangsungan bisnis pihaknya cukup terpengaruh oleh pandemi Covid-19.

Sebelum pandemi muncul, jumlah karyawan ISS Indonesia berada di kisaran 60.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Kini, telah terjadi penurunan jumlah karyawan seiring datangnya pandemi menjadi sekitar 47.000 orang.

Bisnis ISS tertekan lantaran terjadi penurunan kebutuhan pelanggan akibat pembatasan kegiatan bisnis selama masa pandemi. Di samping itu, banyak perusahaan yang menerapkan sistem bekerja dari rumah atau work from home (WFH) sehingga permintaan jasa outsourcing berkurang.

“Sektor yang paling besar penurunan aktivitas dan kebutuhan akan pengelolaan fasilitas adalah transportasi, ritel, properti dan hotel, sekolah dan perguruan tinggi, serta perkantoran,” ungkap Elisa, Jumat (23/7) lalu.

Baca Juga: Simak langkah BRI untuk memitigasi risiko outsourcing IT

Direktur Utama PT Shield On Service Tbk (SOSS) Herman Julianto menyampaikan, kondisi pandemi Covid-19 telah mempengaruhi iklim usaha di Indonesia, namun strategi perusahaan dalam menghadapi kondisi tersebut akan memberikan hasil akhir yang berbeda.

SOSS memastikan bahwa penyesuaian terhadap adaptasi baru terus dilakukan. Perusahaan ini juga meningkatkan pemahaman terhadap kebutuhan pelanggan melalui komunikasi yang lebih intensif dan terbuka. Evaluasi biaya perusahaan untuk mencapai tingkat efisiensi yang lebih optimal juga dilakukan oleh SOSS.

“Kami juga berencana meluncurkan aplikasi Smart Worker di mana aplikasi ini akan membantu mempertemukan kebutuhan pemberi kerja dengan karyawan yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan,” tulisnya dalam materi Paparan Publik SOSS, 28 Juni 2021. Dalam catatan Kontan, aplikasi Smart Worker buatan SOSS akan diluncurkan pada kuartal III-2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×