Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cadangan batubara Indonesia, khususnya kalori tinggi saat ini tengah mengalami penyusutan.
Asal tahu saja, batubara kalori tinggi umumnya adalah batubara yang memiliki GAR (Gross As Received) di atas 6.000 kkal/kg atau batubara kualitas I.
Jenis batubara ini mayoritas digunakan untuk pembangkit listrik, terutama di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan golongan batubara ekspor.
Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Hendra Sinadia, mengakui bahwa cadangan batubara kalori tinggi Indonesia terbatas jika dibandingkan dengan batubara kalori rendah.
Baca Juga: ESDM Targetkan PNBP Sektor Minerba Rp 124,5 Triliun Tahun 2025
Meski begitu, ia menambahkan terdapat pergeseran permintaan dari para importir dalam dua dekade terakhir. Yaitu adanya peningkatan ekspor batubara kalori menengah dan rendah yang mana Indonesia saat ini adalah eksportir besar.
"China dan India sebagai produsen batubara kalori tinggi tapi mereka membutuhkan kualitas batubara kalori rendah dan menengah dengan sulfur rendah," kata dia.
Berdasarkan data dari Kementerian ESDM (2023) dan BP Statistical Review of World Energy (2023), persentase cadangan batubara kualitas rendah atau low rank coal berupa Lignite & Sub-Bituminous, dengan kalori kurang dari 5,100 kcal/kg (adb) adalah sekitar 65% dari total cadangan batubara Indonesia yang sekitar 31,71 miliar ton. Sisanya adalah batubara kalori menengah-tinggi.
Lebih detail, dengan persentase batubara kelas satu atau GAR tertinggi yaitu 6.000 kkal/kg sekarang tinggal 5% dari total cadangan.
Sementara sumber daya (yang belum digali) atau potensi keseluruhan batubara domestik mencapai 97,29 miliar ton.
Baca Juga: Indonesia Krisis Batubara Kalori Tinggi, Industri Diminta Bersiap Adaptasi
Disisi lain, Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum Energi Pertambangan (Pushep) Bisman Bachtiar menyebut semakin minimnya cadangan batubara kalori tinggi memang cukup mengkhawatirkan.
"Karena batubara kalori tinggi merupakan sumber energi primer dan untuk pemanfaatan industri yang sebagian besar untuk pasar ekspor," katanya.
Batubara kalori tinggi juga memiliki nilai atau harga yang lebih tinggi dari menengah-rendah. "Jadi hal ini juga akan berpengaruh pada ekspor batubara Indonesia ke depan, serta tentunya akan membuat PNBP juga turun," tambahnya.
Siasat Penurunan Batubara Kalori Tinggi
Sebelumnya, dalam catatan Kontan, untuk menyiasati penurunan ini Direktur Pembinaan Pengusahaan BatuBara Ditjen Minerba Kementerian ESDM Surya Herjuna mengatakan pemerintah akan memperkuat eksplorasi untuk memperbesar cadangan, sekaligus menjaga nilai ekonomi batu bara kalori rendah.
"Kami berharap nilai ekonomi batu bara masih bisa kita pertahankan supaya penggunaan di PLTU, maupun di semen, pupuk, dan lainnya masih bisa kita sumbangsih untuk peningkatan ekonomi kita," pungkas Surya.
Sayangnya, menurut Hendra, eksplorasi untuk mendapatkan cadangan baru tidak mudah.
Baca Juga: Pemerintah Akan Rampungkan Revisi PP untuk Tingkatkan PNBP Sektor Minerba
Apalagi saat ini industri tambang batubara tengah dihadapkan pada beberapa beban seperti kewajiban penggunaan B40, Devisa Hasil Ekspor (DHE) SDA 100% selama satu tahun, PPN 12% hingga fluktuasi harga batubara global.
"Eksplorasi sangat minim apalagi ditengah meningkatnya beban biaya operasional perusahaan akibat beban regulasi kebijakan," pungkas Hendra.
Bisman menambahkan, eksplorasi adalah satu-satunya cara untuk menambah cadangan, tanpa eksplorasi tidak akan pernah ada tambahan cadangan batubara kalori tinggi.
"Untuk itu harus ditingkatkan eksplorasi baik oleh pelaku usaha tentunya dengan dukungan Pemerintah. Memang benar akan menambah cost atau lebih tepatnya biaya investasi, ini merupakan konsekuensi yang harus dilakukan," jelasnya.
Baca Juga: Cocok untuk DME, Keekonomian Batubara Kalori Rendah Perlu Dipastikan
Asal tahu saja, PNBP sektor minerba menjadi PNBP terbesar yang disumbang dari Kementerian ESDM. Di tahun 2024, total PNBP Minerba Rp 140,46 triliun atau setara 123,71% dari target.
Lebih khusus, dari sekian banyak jenis mineral, PNBP pertambangan batubara menyumbang 75-85% dari total PNBP subsektor minerba tersebut.
Selanjutnya: Model Harga Adil dari inDrive Tawarkan Angin Segar pada Transportasi Online Indonesia
Menarik Dibaca: Harga Turun Lagi, Ini Harga BBM Shell dan BP Terbaru Berlaku 1 Juni 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News