Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Darmi Bersaudara Tbk (KAYU) akan lebih agresif dalam menggenjot kinerja bisnisnya di tahun ini. Perusahaan perdagangan kayu ini menjadikan pasar luar negeri tumpuan utama bisnis perseroan.
Lie Kurniawan, Direktur KAYU menjelaskan bahwa permintaan dari pembeli produk KAYU di awal tahun ini masih cukup stabil dan cenderung meningkat. "Selain itu juga ada peluang untuk meningkatkan penjualan jika kami berhasil menembus pasar baru yang kami incar yaitu Jepang," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Baca Juga: Stabilitas Harga Topang Ekspor Industri Kayu
Di Jepang rencananya KAYU akan menyuplai kebutuhan lantai kayu rumah (flooring). Tidak menutup kemungkinan ekspor ke Jepang bisa berlanjut melalui skema pemesanan berulang atau repetitive order apabila percobaan ekspor tersebut berhasil direalisasikan.
Perseroan sebelumnya telah mengekspor ke berbagai negara meliputi India, Nepal, China, Australia dan beberapa negara Eropa. Pasar India saat ini masih menggenggam porsi ekspor terbesar KAYU, dimana Lie bilang kondisi ekspor ke negara tersebut sampai sekarang terus membaik dan stabil.
Bahkan KAYU berencana membuka kantor perwakilan di India, anggarannya berasal dari belanja modal (capital expenditure/capex) perseroan tahun ini. Hanya saja kata Lie, nominal capex tersebut masih finalisasi.
Sebagai gambaran besarnya porsi ekspor terhadap pendapatan KAYU, sampai dengan kuartal III 2019 saja misalnya, sebanyak 80,26% dari total penjualan bersih di sembilan bulan pertama berasal dari penjualan ekspor produk-produk kayu setengah jadi (semi-furnished) dengan nilai sebesar Rp 22,08 miliar atau setara dengan.
Baca Juga: Pelaku industri kayu dan furnitur butuh insentif fiskal
Sementara itu, sekitar 19,74% penjualan bersih di sembilan bulan pertama 2019 berasal dari penjualan kayu log di tingkat domestik. Adapun di tahun 2020 ini perseroan membidik total penjualan bersih yang cukup tinggi yakni mencapai Rp 114 miliar.
Untuk perolehan tahun kemarin, manajemen belum dapat membeberkannya lantaran masih diaudit. Namun sebagai pembanding, untuk tahun 2018 saja pendapatan bersih KAYU masih berada di kisaran Rp 37 miliar.
Sedangkan untuk perolehan laba bersih perusahaan optimistis membukukan Rp 7,4 miliar di tahun 2020. Lie mengatakan selain penguatan pasar ekspor dengan penjajakan negara tujuan baru, KAYU juga tengah menambah mitra produsen kayu olahan.
"Di tahun ini rencananya ada tambahan mitra untuk membantu proses pengolahan produk kami supaya penjualan kami bisa meningkat," sebut Lie. Sebagai perusahaan perdagangan, KAYU belum memproduksi sendiri namun mengandalkan banyak mitra pengolahan yang secara total memiliki kapasitas 50.000 meter kubik per tahunnya.
Baca Juga: Roadmap industri hasil tembakau dinilai penting untuk amankan investasi
Sekadar informasi sampai kuartal-III 2019 kemarin KAYU ini mencatatkan pertumbuhan penjualan bersih sekitar 7,26% secara tahunan year-on-year (yoy) menjadi Rp 27,50 miliar. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, penjualan bersih perseroan hanya mencapai Rp 25,56 miliar di periode yang sama tahun lalu.
Pada saat yang bersamaan, beban pokok penjualan tercatat mengalami penurunan sebesar 3,95% secara yoy dari yang semula Rp 21,88 miliar di kuartal-III 2018 menjadi Rp 21,01 miliar di kuartal III 2019.
Alhasil, pertumbuhan dari sisi laba sudah bisa terlihat pada sisi laba kotor perseroan yang tercatat sebesar Rp 6,49 miliar di sembilan bulan pertama 2019. Angka ini lebih besar sekitar 76,54% dibanding laba kotor pada periode sama tahun 2018 yang sebesar Rp 3,67 miliar.
Beberapa pos beban administrasi dan lainnya mengalami penyusutan yang menyebabkan laba bersih KAYU tercatat sebesar Rp 3,15 miliar sepanjang Januari - September 2019 lalu. Jumlah ini naik berkali-kali lipat dibanding laba tahun berjalan di periode sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 573,37 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News