Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
Sahat menjelaskan dalam lima tahun terakhir ini hanya ada tiga unit pengolahan SBE melalui Solvent Extractor yang berdiri dari target jumlah 20 unit. Solvent Extractor berada di areal Sentul, Jawa Barat,yang beroperasi pada 2016 tetapi kondisinya mati suri. Pabrik ke-2 berlokasi di Tanjung Morawa, Sumatera Utara beroperasi tahun 2017 , dan pabrik ke-3 berada di Gresik, Jawa Timur sedang dibangun.
Dijelaskan Sahat, ada satu perusahaan solvent extractor yang sudah beroperasi dari tahun 2015 – 2017 tetapi menghentikan operasinya pada 2018 karena berbagai alasan antara lain banyak pemilik izin Pengelola Limbah B-3 ( padahal tidak memiliki fasilitas ) menawarkan biaya olah SBE di sekitar Rp 450–Rp 500/kg sedangkan biaya pengolahan dengan solvent extraksi berkisar Rp 1.000-Rp. 1.150/kg. Persoalan lainnya adalah biaya angkut ke calon pengguna De-OBE untuk menjadi substitusi pasir pada industri batako dan pengerasan pondasi sekitar 20% di atas biaya normal karena transporter menganggap bahwa De-OBE itu masih berupa material B-3
Walaupun PP 101/2014 sudah berjalan 6 tahun, dikatakan Sahat, sampai saat ini investor tak tertarik untuk berinvestasi olah SBE jadi minyak nabati ( R-Oil ) dan De-OBE (DeOiled Bleaching Earth) karena hasil olahan berupa produk samping DeOBE tetap di cap sebagai Limbah B-3. Sahat menghitung dengan perkiran volume SBE antara 600.000 ton sampai 750.000 ton, akan dibutuhkan 17 unit pengolahan SBE menjadi recovered oil (R-oil) dan De-Oiled Bleaching Earth (OBE). Saat ini, baru ada tiga unit pengolahan dengan kapasitas produksi 300 ton per hari, sedangkan yang beroperasi hanya 2 unit pengolahan.
Baca Juga: Ekspor pertanian masih naik di tengah pandemi, pengamat: Bukti tetap jadi andalan
Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (PSLB3), KLHK, Rosa Vivien Ratnawati dalam pidatonya menyatakan bahwa, Spent Bleaching Earth (SBE) merupakan limbah padat B3 hasil proses penyulingan minyak sawit pada industri minyak goreng atau oleochemical.
Dari hasil penelitian, setiap 60 juta ton produksi minyak sawit menghasilkan 600 ribu ton limbah SBE. Peningkatan jumlah industri minyak nabati berdampak peningkatan jumlah limbah SBE sehingga akan menjadi masalah jika tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik.
Vivien menerangkan lebih lanjut, data Aplikasi Pelaporan Kinerja Pengelolaan Limbah B3 KLHK (SIRAJA) mencatat timbulan limbah SBE yang dihasilkan selama 3 (tiga) tahun terakhir terus meningkat. Tahun 2017 sebesar 184.162 ton, tahun 2018 meningkat sebanyak 637.475 ton serta tahun 2019 sejumlah 778.894 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News