Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
"Tentu demand energi Tiongkok akan berkurang tapi sejauh mana kelancaran pasokan domestik mereka juga belum bisa di asses. Mungkin dalam beberapa pekan ke depan. Kalau pasokan domestik terkendala hal ini berpeluang mendorong impor," terang Hendra.
Dihubungi terpisah, Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan bahwa efek dari Corona jelas mengakibatkan produksi batubara China terganggu. Kendati begitu, tidak secara otomatis membuat impor batubara China meningkat tajam.
Baca Juga: Heboh soal virus corona, Bareskrim pantau penjualan masker via online
Sebab, kondisi ekonomi dan industri China yang juga terganggu akan menurunkan pasokan batubara terhadap PLTU. "Dengan kondisi ini, dapat diproyeksikan kebutuhan impor dari Indonesia meningkat, namun harus diletakkan juga seberapa besar industri mereka terganggu. Bahkan kondisi riil yang ada, justru Cina tidak agresif dalam meningkatkan impor batubara," terang Singgih.
Ia menilai, kebutuhan batubara yang belum meningkat tajam mengindikasikan upaya China untuk menjaga keseimbangan antara gangguan produksi, kapasitas stockpile atau persediaan batubara serta kondisi industri terkait kebutuhan energi.
Singgih bilang, hal yang sama juga akan dilakukan oleh negara lain untuk mengantisipasi dampak Corona ini. "Bukan lantas meningkatkan impor berlebih, namun mereka akan membaca juga produksi dalam negeri, pertumbuhan industri dan proyeksi global ekonomi. Mereka harus menjaga berbagai parameter itu agar harga tidak secara ekstrim naik," terangnya.
Baca Juga: Efek virus corona, harga batubara acuan Maret 2020 naik menjadi US$ 67,08 per ton
Dengan begitu, harga yang tercermin dalam HBA belum menunjukkan tingkat kestabilan harga. "Nanti bisa jadi turun lagi, kalau naik, tidak terlalu tinggi," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News