Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga dan pasar batubara ditaksir bakal kembali tertekan di periode Kuartal II. Menyikapi kondisi tersebut, PT ABM Investama Tbk (ABMM) pun memasang strategi mitigasi untuk menjaga kinerja di tengah pandemi corona (covid-19).
Direktur ABM Investama Adrian Erlangga mengatakan, pergerakan harga batubara bergeser menyesuaikan supply dan demand. Sementara itu, saat ini kebutuhan energi sedang anjlok sebagai imbas dari kontraksi ekonomi karena pandemi corona.
Baca Juga: Kinerja emiten batubara di kuartal I belum terdampak signifikan pandemi corona
Apalagi, sambung Adrian, pandemi corona menyebabkan beberapa pelabuhan di negara tujuan ekspor utama batubara ditutup, sehingga jalur distribusi pun terganggu. "Industri batubara di 2020 akan tertekan selama ekonomi masih belum kembali normal," ungkap Adrian kepada Kontan.co.id, Minggu (10/5).
Meski tren penurunan harga di Kuartal II masih berlanjut, tapi Adrian memprediksi hal tersebut tidak akan signifikan. Bahkan, Adrian pun menaksir pasar batubara bisa kembali menghangat dengan syarat, pelabuhan dan jalur distribusi ke negara tujuan ekspor bisa kembali normal.
"Harga Kuartal II masih akan tertekan, tapi penurunnya sudah landai karena harga sudah terlalu rendah. Kecenderungan akan meningkat ketika pelabuhan tujuan ekspor sudah mulai dibuka," ujar Adrian.
Di tengah kondisi ini, ABMM pun kian fokus untuk mengincar diversifikasi pasar ekspor. Maklum, selama ini sekitar 80% penjualan batubara ABMM terfokus di India dan China.
Baca Juga: Pasar Batubara di China Mulai Pulih, Tapi Belum Banyak Mengerek Ekspor
Oleh sebab itu, ABMM menyiasati berkurangnya penjualan ekspor kedua negara tersebut dengan mengalihkannya ke negara lain. Adrian mengungkapkan, sepanjang kuartal I ABMM meningkatkan pasokan ekspor ke pasar lain, terutama Thailand dan Vietnam.
"Kami mendapatkan pasar lain, Vietnam dan Thailand sebelumnya kecil, sekarang volumenya membesar. Program (diversifkasi pasar) tetap kami jalankan," terang Adrian.
Adapun secara operasional, sepanjang Kuartal I produksi batubara ABMM mencapai 3,4 juta ton atau 22,7% dari target tahun ini yang dipatok 15 juta ton. Sedangkan untuk realisasi volume pemindahan tanah mencapai 30 juta bank cubic meter (bcm) di Kuartal I atau 20% dari target 150 juta bcm di tahun ini.
Baca Juga: Asosiasi Batubara (APBI) waspadai penurunan permintaan di negara tujuan utama ekspor
Melihat kondisi saat ini, Adrian mengatakan, produksi batubara di Kuartal II akan dijaga di level yang sama sekitar 3,4 juta ton. Ia bilang, hingga saat ini ABMM belum berencana mengubah target operasional. "Tidak ada target yang diubah. Kecuali kami melakukan efisiensi yang sangat ketat untuk menjaga likuiditas," sebut Adrian.
Sedangkan dari sisi belanja modal atau capital expenditure (capex), Adrian memprediksi realisasi yang terserap hanya sekitar 45% dari target. Sebab mempertimbangkan kondisi sekarang, ABMM akan melaksanakan sejumlah penundaan realisasi capex. "Belanja modal banyak yang kami tunda karena Covid-19 ini. Jadi jumlahnya paling banyak 45% dari target," ujar Adrian.
Adapun, target awal capex ABMM tahun ini sebesar US$ 90 juta. Anggaran yang bersumber dari kas internal tersebut rencananya akan digunakan untuk pemeriharaan peralatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News