Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerimaan negara dari sektor minyak dan gas bumi (migas) masih seret hingga pertengahan tahun ini. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sumber daya alam (SDA) migas mencapai Rp 39,83 triliun sepanjang Januari–Juni 2025.
Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tri Winarno mengungkapkan, angka ini baru menyentuh 32,92% dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp120,99 triliun.
“PNBP sumber daya alam migas tahun 2025, yaitu hingga 1 Juni tahun 2025, tercatat realisasi sebesar Rp39,83 triliun, atau baru mencapai 32,92% dari target Rp120,99 triliun,” kata Tri dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Senin (30/6).
Baca Juga: Kementerian ESDM Ungkap Alasan Cabut Izin Dua Wilayah Kerja Panas Bumi dari PLN
Menurut Tri, seretnya setoran PNBP tersebut disebabkan dua faktor utama. Pertama, realisasi harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang lebih rendah dari asumsi dalam APBN 2025. Kedua, belum tercapainya target produksi siap jual alias lifting minyak.
Untuk diketahui, asumsi ICP dalam APBN 2025 dipatok sebesar US$82 per barel. Namun, realisasi hingga Mei 2025 hanya sebesar US$70 per barel. Sementara itu, realisasi lifting minyak baru sebesar 568.000 barel per hari (bph), lebih rendah dari target APBN yang sebesar 605.000 bph.
“Jadi, di samping itu karena asumsi harga ICP yang tidak tercapai, juga karena lifting yang sampai saat ini belum tercapai sebesar target APBN yaitu sebesar 605.000 per barel per hari,” jelas Tri.
Melihat tren harga yang ada, Kementerian ESDM mengusulkan agar asumsi ICP dalam APBN 2026 disesuaikan di kisaran US$60 – US$80 per barel.
Tri menjelaskan, usulan tersebut mengacu pada berbagai proyeksi lembaga internasional, seperti US Energy Information Administration (EIA) dan polling Reuters.
Menurut EIA, harga rata-rata minyak mentah Brent diperkirakan sebesar US$64,6 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) sekitar US$60,8 per barel. Prediksi dari Departemen Energi AS mematok harga WTI di angka US$62,33 dan Brent di US$65,97 per barel. Adapun polling Reuters memproyeksikan harga WTI US$64,12 dan Brent US$67,71 per barel.
“Untuk tahun 2026 diproyeksikan harga minyak mentah Indonesia, ini berdasarkan rapat awal dengan Kementerian Keuangan, adalah sebesar US$60-US$80 per barel yang didasarkan pada publikasi US-IAE dan polling Reuters,” tandas Tri.
Baca Juga: ESDM: Bauran EBT Baru Capai 13,21% per Mei 2025
Selanjutnya: IHSG Berbalik Melemah ke 6.909,23 di Sesi I, INKP, JPFA, BMRI Jadi Top Losers LQ45
Menarik Dibaca: Ingin Punya Kolam Renang di Rumah? Ini 7 Hal yang Harus Anda Ketahui Terlebih Dahulu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News