kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.416.000   13.000   0,54%
  • USD/IDR 16.716   -9,00   -0,05%
  • IDX 8.701   43,74   0,51%
  • KOMPAS100 1.192   9,86   0,83%
  • LQ45 857   8,90   1,05%
  • ISSI 313   3,67   1,19%
  • IDX30 441   3,08   0,70%
  • IDXHIDIV20 510   2,90   0,57%
  • IDX80 134   1,32   1,00%
  • IDXV30 140   0,58   0,42%
  • IDXQ30 140   0,80   0,58%

Industri TPT Hadapi Tantangan, Pemerintah Sebut Ada Peluang Garmen Sustainable


Rabu, 10 Desember 2025 / 14:56 WIB
Industri TPT Hadapi Tantangan, Pemerintah Sebut Ada Peluang Garmen Sustainable
ILUSTRASI. Untuk meningkatkan jumlah SDM terampil yang dapat memenuhi kebutuhan industri TPT, khususnya di wilayah Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Jawa Barat, Kemenperin menyelenggarakan pendidikan vokasi industri melalui Akademi Komunitas Industri Tekstil dan Produk Tekstil Surakarta (AK-Tekstil - Solo), yang telah mencetak para lulusannya menjadi kompeten dan siap kerja.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pemerintah bersama Prospera melakukan kajian strategi Pengembangan Ekosistem Industri Industri Tekstil dan Pakaian Jadi (TPT) untuk menghadapi tantangan ke depan.

Maklum, Industri TPT yang selama ini menjadi sektor padat karya dan salah satu pilar penting perekonomian nasional kembali menunjukkan tekanan pada triwulan III-2025. 

Meski mampu menyerap sekitar 3,75 juta tenaga kerja setara 19,16% dari total sektor manufaktur dan menghasilkan devisa ekspor sebesar US$ 6,92 miliar, pertumbuhan PDB industri TPT hanya berada di kisaran 0,93% (yoy).

Baca Juga: Menperin Optimistis Ekspansi Perusahaan Tekstil Sinyal Positif bagi Industri TPT

Sektor ini juga masih dibayangi defisit neraca perdagangan dan rendahnya utilisasi produksi, dengan disparitas signifikan pada Juli 2025, yakni pakaian jadi mencapai 72,67%, sementara tekstil berada di level 51,71%. 

Kondisi ini dinilai membutuhkan langkah sinkronisasi antar pemangku kepentingan untuk merumuskan arah kebijakan yang lebih adaptif dan berkelanjutan.

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Industri, Ketenagakerjaan, dan Pariwisata Kemenko Perekonomian, Dida Gardera, menyebut bahwa industri TPT tengah berada pada fase kritis. 

“Industri tekstil dan produk tekstil ini bisa disebut sebagai sunset industry industri tekstil ini mungkin dari sisi teknologinya masih perlu di-upgrade, dan terkadang masih kalah kompetitif dengan produk tekstil dari negara lain,” ujarnya  dikutip dalam keterangannya, Rabu (10/12).

Untuk menjawab tantangan tersebut, Kemenko Perekonomian bersama Prospera meluncurkan kajian “Arah Pengembangan Ekosistem Industri TPT Nasional” yang memetakan kondisi sektor, peluang pertumbuhan, hingga rekomendasi kebijakan dari hulu ke hilir. Proses penyusunan melibatkan berbagai Kementerian/Lembaga, asosiasi, akademisi, hingga pelaku industri.

Dida berharap forum ini dapat menjadi fondasi kebijakan yang memperkuat industri TPT.

“Kami berharap bahwa yang dibahas dalam forum kali ini dapat menjadi kebijakan yang bisa memelihara industri TPT itu sendiri menjaga tenaga kerja di industri itu, bahkan ke depannya itu juga harus bisa menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja,” ungkapnya.

Peluang dan Tantangan Struktural

Kajian tersebut menunjukkan adanya peluang pertumbuhan melalui pengembangan high value garmen dan sustainable materials yang kini menjadi tren global. Meski demikian, berbagai hambatan struktural masih mengemuka, seperti kesenjangan kompetensi SDM, ketergantungan impor bahan baku, tingginya biaya energi dan logistik, lemahnya integrasi rantai pasok, serta ancaman overcapacity dan dumping dari China.

Baca Juga: IKA Tekstil Desak Pemerintah Bendung Banjir Impor untuk Selamatkan Industri TPT

Secara keseluruhan, terdapat 20 rekomendasi kebijakan yang terangkum dalam empat pilar utama, dengan sejumlah prioritas mendesak seperti proteksi pasar domestik melalui penataan tata niaga impor, peningkatan standar keberlanjutan industri, pemanfaatan perjanjian IEU CEPA untuk menembus pasar Eropa, serta fokus pada produk bernilai tambah tinggi.

Direktur Industri, Perdagangan, dan Peningkatan Investasi Kementerian PPN/Bappenas, Roby Fadillah, menilai bahwa industri TPT Indonesia masih terjebak pada rantai produksi cut make trim yang bernilai tambah rendah. 

“Oleh karena itu, diperlukan upgrade ke nilai tambah yang lebih tinggi melalui dua dimensi yaitu intra-sector upgrading dan inter-sector upgrading. Sustainable fashion bisa menjadi strategi leapfrog,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kementerian Perindustrian, Rizky Aditya Wijaya, menegaskan komitmen pemerintah dalam program prioritas TPT 2026–2029. 

“Hal ini diarahkan pada penguatan struktur industri dan peningkatan daya saing global, dan percepatan transformasi menuju industri hijau, sirkular, dan digital (industri 4.0),” katanya.

Hasil forum ini akan menjadi masukan awal bagi Tim Kerja Revitalisasi Ekosistem Industri TPT lintas K/L serta menjadi komponen penting dalam penyusunan Strategi Nasional Pengembangan Industri Tekstil dan Pakaian Jadi.

Selanjutnya: Begini Strategi Pelita Air Memaksimalkan Momentum Liburan Akhir Tahun

Menarik Dibaca: Promo Alfamart Noodle Fair 1-15 Desember 2025, Beli 2 Gratis 1 Nong Shim Ramyun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×