kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ini kata pengamat soal dampak wabah virus corona ke sektor tambang


Selasa, 11 Februari 2020 / 19:25 WIB
Ini kata pengamat soal dampak wabah virus corona ke sektor tambang
ILUSTRASI. Kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang,Sumatera Selatan, Rabu (15/1/2020). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi batubara nasional tahun 2020 dapat menembus angka 550 juta ton. ANTARA FOTO/No


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wabah virus corona berdampak sangat luas, sehingga memicu pergerakan harga di sejumlah komoditas energi dan tambang. Namun, hal itu tampaknya belum berdampak signifikan terhadap komoditas mineral dan batubara (minerba) Indonesia.

Ketua Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo berpendapat, dampak terhadap komoditas Indonesia belum tergambar jelas dan baru akan tampak dalam beberapa bulan ke depan. Singgih menyebut, wabah corona membuat industri di China lesu, sehingga kebutuhan energi pun anjlok.

Baca Juga: Menkes: Belum ada virus corona terdeteksi harusnya bersyukur

Saat ini, China masih tertolong oleh pasokan cadangan dari coalstockpile yang dimiliki. Namun, Singgih mengungkapkan bahwa stockpile China sudah sangat menipis. "Ini bahkan menjadi penipisan (stockpile) yang terdalam sejak 2016," kata Singgih saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (11/2).

Menurut Singgih, kendati China berupaya untuk mulai kembali menggenjot produksi, namun hal itu tidak akan berjalan mudah. "Sebab China juga menghadapi kesulitan untuk impor, mengingat ada beberapa kapal yang tidak berani merapat ke China," terang Singgih.

Dalam kondisi ini, lanjutnya, potensi meningkatnya permintaan batubara dari China memang bisa menguntungkan. Untuk dapat meraih potensi tersebut, Singgih mengatakan bahwa Indonesia mesti melakukan antisipasi, khususnya terkait dengan kesiapan produksi dan juga angkutan kapal.

"Tapi itu baru dapat kita lihat dalam beberapa bulan ke depan, bukan saat ini. Menurut saya untuk mengantisipisasi kenaikan impor batubara dari China, kita perlu persiapkan dari sisi produksi dan akomodasi," sebutnya.

Menurut Singgih, kendati batubara serupa dengan minyak sebagai komoditas energi, namun dampak dan pergerakan harganya memang berbeda.

"Karena batubara pemakaiannya lebih ke power plant (listrik), dan tergantung stockpile. Tapi kalau minyak itu pemakaian publik luas secara langsung," ungkap Singgih.

Baca Juga: APBI: Virus corona bisa menimbulkan dampak beragam bagi industri batubara

Sementara itu, menurut Ketua Indonesian Mining Institute (IMI) Irwandy Arif, China merupakan pasar terbesar dari produk tambang Indonesia. Sehingga, jika wabah corona ini berlangsung lama, maka hal itu akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja sektor pertambangan Indonesia di tahun ini.

"Kalau corona terus berlanjut, harus waspada. Dampaknya akan merugikan hampir untuk semua komoditas," ujar Irwandy.

Sayangnya, sambung Irwandy, ketergantungan sektor tambang Indonesia terhadap pasar China sulit dilepas. Apalagi, permintaan komoditas tambang dari negara lain pun relatif stagnan dibanding tahun lalu.

"Sehingga pasokan (ekspor) tidak bisa dialihkan karena demand masih relatif sama untuk semua negara," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×