Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akibat nilai Rupiah yang terdepresiasi PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) proyeksi nilai pendapatan akan turun. Walaupun secara volume produksi terjadi peningkatan permintaan.
Awalnya tahun ini produsen kabel ini menargetkan pendapatan akan naik menjadi Rp 2,5 triliun. Atau naik 19,04% dari periode tahun 2017 menjadi Rp 2,18 triliun. Manajemen emiten berkode saham JECC di Bursa Efek Indonesia ini memprediksi secara nilai pendapatan akan turun mencapai 5% dibanding tahun lalu. Walaupun secara volume produksi tahun ini meningkat.
Sebagai informasi, saat ini perseroan memproduksi tiga jenis kabel di pabriknya yang berada di Tangerang, Banten. Saat ini kapasitas produksi kabel tembaga 10.000 ton per tahun. Untuk pabrik kabel aluminium mampu memproduksi 15.000 ton per tahun. Sedangkan untuk kabel fiber optic mencapai 2 juta kilometer single fiber per tahun.
Antonius Benady, PT Jembo Cable Company Tbk (JECC) menjelaskan bahan baku seperti tembaga dan juga aluminium menggunakan pembeliannya meski dalam negeri masih menggunakan acuan harga Dollar Amerika Serikat (AS). Hingga Juni tahun ini, kenaikan bahan baku mencapai 13,7% year on year (YoY) bagi bahan baku tembaga serta sebesar 19,9% bagi produk aluminium.
Sedangkan tahun ini Jembo menerima kontrak pembelian kabel dengan perusahaan seperti PLN dan Telkom menggunakan acuan dolar senilai Rp 13.000. Per september 2018, penjualan ke PLN mampu menyumbang 40% dari total penjualan dan juga telkom menyumbang 10%. Sedangkan 30% penjualan ke distributor dan ke pasar bebas (free market) 20%.
"Sehingga harga jual terakhir tidak bisa kami naikkan untuk produk yang sudah kontrak di awal tahun dan akibatnya ada penurunan gross margin," kata Antonius pada acara Paparan Publik Perseroan di Bursa Efek Indonesia, Selasa (9/10).
Hanya saja untuk penjualan ke distributor dan free market menurutnya masih bisa dinaikkan harga jual. Hal ini mengingat tidak ada kontrak yang mengikat dan bisa ditentukan margin keuntungan yang didapat. Catatan saja sampai akhir tahun ini kontrak PLN masih berlanjut sampai akhir tahun. Namun kontrak tersebut belum berlanjut ke tahun depan.
Cahayadi Santoso, Direktur JECC memaparkan punya strategi yang akan diemplementasikan di tahun depan untuk mengantisipasi nilai tukar yang tak stabil ini. Pertama akan meningkatkan nilai pendapatan dari distributor. Saat ini JECC punya dua distributor dan kedepannya keduanya akan dimaksimalkan sehingga punya kontribusi pendapatan mencapai 50% dari total pendapatan.
"Kita perlu meraup ekspor lebih besar. Karena kebutuhan pendapatan dalam bentuk dollar AS perlu untuk stabilkan kinerja keuangan," jelasnya, Selasa (9/10). Negara yang dituju menurutnya masih di negara Asia Tenggara. Namun kontribusinya menurutnya masih akan sedikit karena persaingan dengan kompetitor global khususnya Cina juga ketat.
Untuk kapasitas produksi menurutnya tidak akan ada rencana ekspansi. Hal ini mengingat dalam dua tahun belakangan kapasitas produksi sudah ditingkatkan bertahap dan masih bisa ditingkatkan utilisasinya.
Sehingga capex tahun ini hanya dianggarkan sebanyak US$ 3 juta untuk pembelian mesin baru menggantikan mesin lama. Sumber dananya masih berasal dari internal."Tahun depan capex juga akan sama," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News