Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) yaitu PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI) mengatakan kebutuhan Liquefied Natural Gas (LNG) atau gas alam cair sepanjang tahun ini meningkat menjadi 96 kargo.
Peningkatan ini didorong dari kebutuhan program gasifikasi PLN, untuk mengubah pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) yang menggunakan bahan bakar minyak menjadi pembangkit listrik tenaga gas (PLTMG) yang menggunakan LNG.
Bahkan, menurut Direktur Utama PT PLN EPI, Rakhmad Dewanto, kebutuhan LNG akan semakin meningkat di tahun depan.
"Tahun ini, kebutuhan LNG sekitar 96 kargo dan tahun depan sekitar 110 kargo LNG," ungkap Rakhmad saat dihubungi Kontan, Senin (28/07).
Baca Juga: PLN Energi Primer Indonesia Cetak Laba Rp 2,24 Triliun Sepanjang 2024
Sebelumnya, dalam catatan Kontan, pada April tahun ini Rakhmad mengatakan, konsumsi gas PLN telah berada pada angka 1.470 Billion British Thermal Unit per Day (BBTUD) dan akan meningkat hingga 2027, disokong oleh kebutuhan gasifikasi yang telah beroperasi.
"Konsumsi gas saat ini 1.470 miliar BTU per hari atau 1.470 juta kaki kubik per hari, meningkat hingga tahun 2027 dengan adanya program gasifikasi yang telah beroperasi," ungkap Rahmad dalam rapat dengar bersama (RDP) komisi XII DPR, Senin (28/4).
Kebutuhan gas diprediksi akan meningkat lagi seiring dengan peningkatan demand. Jika ditambah dengan kebutuhan PLN Batam, kebutuhan gas akan naik dari 1.635 BBTUD menjadi 2.611 BBTUD di tahun 2034.
Produksi LNG dalam Negeri, Mayoritas Masih untuk Ekspor
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) mengungkap tahun ini produksi LNG nasional diperkirakan mencapai 237,8 kargo.
Produksi ini berasal dari dua kilang utama, yakni Kilang Bontang di Kalimantan Timur dan Kilang Tangguh di Papua Barat. Kilang Tangguh menyumbang porsi terbesar menyusul beroperasinya Train 3.
Baca Juga: PLN Energy Tunjuk Nikson Silalahi Jadi Komut dan Komisaris Baru, Ini Profilnya
Untuk volume ekspor LNG tahun ini mencapai sekitar 150 kargo sepanjang 2025, meskipun lebih rendah dibandingkan tahun lalu. Sedangkan, kebutuhan domestik untuk di dalam negeri sebanyak 86 kargo.
Meski begitu, Kepala Divisi Program dan Komunikasi di SKK Migas Hudi D Suryodipuro mengatakan hampir 70% volume gas alam cair (LNG) Indonesia akan disalurkan untuk kebutuhan domestik.
Sedangkan sisanya, sekitar 30% digunakan untuk kebutuhan ekspor, berdasarkan kontrak yang sudah ada dan sedang berjalan.
“Pasokannya itu diprioritaskan untuk kebutuhan dalam negeri, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Kalau umpamanya bicara secara umum, hampir 70% pasokan gas ditujukan ke dalam negeri,” kata Hudi di Jakarta, Jumat (25/07).
Ia juga menekankan kebutuhan PLN EPI untuk gasifikasi masuk dalam 70% pasokan tersebut. Sayangnya, Hudi belum bisa menyebut, berapa kargo yang akan dialokasikan tahun ini.
"Itu (PLN EPI) harus jadi bagian dari itu (volume domestik). Nah ini bagaimana nanti detailnya, tentu saja dari teman-teman (SKK Migas) kan lagi masih mutar otak untuk mencari ke arah sana," tambah dia.
Baca Juga: SKK Migas Ungkap Hampir 70% Volume LNG Disalurkan untuk Kebutuhan Domestik
Adapun sebagai penyedia dan penyalur gas bumi termasuk dalam proyek gasifikasi ini, PT Perusahaan Gas Negara Tbk alias PGN (PGAS) mengatakan siap mendukung penuh proyek gasifikasi atau dedieselisasi ini.
"PGN siap mendukung secara penuh, baik melalui ketersediaan infrastruktur seperti FSRU di Lampung dan Jabar serta LNG Hub di Arun, maupun perluasan infrastruktur LNG di wilayah non-pipa diantaranya untuk mendukung gasifikasi pembangkit seperti di Papua Utara," ungkap Corporate Secretary PGN Fajriyah Usman kepada Kontan, Senin (28/7).
Ia menambahkan, kebutuhan kargo LNG untuk program dedieselisasi PLN EPI ke depannya akan sangat dinamis dan menyesuaikan readiness operasional pembangkit.
Asal tahu saja, pemanfaatan LNG domestik tengah digeber oleh PGN, sebagai solusi atas keterbatasan pasokan gas pipa.
Baca Juga: SKK Migas: Hampir 70% Volume LNG Disalurkan untuk Kebutuhan Domestik
"Selain mengoptimalkan FSRU dan terminal LNG yang kami kelola, kami juga menjajaki kontrak jangka panjang dengan produsen dalam negeri seperti Mubadala-Andaman, Inpex Masela, dan KUFPEC," tutupnya.
Selanjutnya: Kejagung Sudah Periksa Dua Perusahaan Terkait Dugaan Korupsi Subsidi Beras
Menarik Dibaca: Apa Itu Pre-Wedding Jitters? Ini 5 Cara Mengatasinya bagi Calon Pengantin
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News