Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) siap jemput bola demi merealisasikan proyek smelter.
Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Yunus Saefulhak bilang pasca pelarangan ekspor bijih nikel, pihaknya melakukan pengawalan terhadap proyek smelter yang ada.
Baca Juga: Dorong pengurangan emisi karbon, PLN kembangkan sertifikat EBT
"Pemerintah mengevaluasi kemajuan smelter dari yang semula 68 smelter bisa beroperasi di 2022 menjadi 52 smelter, banyak (smelter) ketergantungan dengan ekspor nikel ore," terang Yunus ditemui di kantornya, Kamis (23/1).
Adapun, dari 52 smelter yang ada. 17 smelter telah terbangun di 2019. Hingga 2022 masih tersisa 35 smelter yang terdiri dari 31 smelter ditambah 2 smelter milik PT Freeport Indonesia dan 2 smelter milik PT Amman Mineral.
Yunus melanjutkan, dalam evaluasi yang dilakukan akan ada tiga hal yang difokuskan yakni seputar financial close, ketersediaan supply power dan segala perizinan dengan pemerintah daerah.
Menurutnya, pemerintah hendak memastikan ketersediaan pasokan listrik melalui Power Purchase Agreement oleh pihak smelter dengan PT Perusahaan Listrik Negara telah seberapa jauh dilakukan. Selain itu, pemerintah, sebutnya perlu hadir untuk memfasilitasi ketiga hal tersebut.
Baca Juga: Produksi dan ekspor bijih nikel di 2019 melesat tajam
Adapun, proyek smelter yang semula didominasi oleh nikel sebanyak 41 smelter, pasca evaluasi diproyeksikan hanya sebanyak 29 smelter yang dapat beroperasi. Dengan demikian terjadi penyusutan total kapasitas yang awalnya sebesar 96 juta ton menjadi 69 juta ton.