kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.969.000   -22.000   -1,10%
  • USD/IDR 16.909   1,00   0,01%
  • IDX 6.649   14,66   0,22%
  • KOMPAS100 959   2,74   0,29%
  • LQ45 748   3,07   0,41%
  • ISSI 211   0,44   0,21%
  • IDX30 389   1,55   0,40%
  • IDXHIDIV20 468   1,64   0,35%
  • IDX80 109   0,42   0,39%
  • IDXV30 114   0,14   0,12%
  • IDXQ30 128   0,37   0,29%

Pasar Cuma Amerika dan Eropa, Sepatu RI Kian Terjepit


Kamis, 24 April 2025 / 06:10 WIB
Pasar Cuma Amerika dan Eropa, Sepatu RI Kian Terjepit
ILUSTRASI. Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) membutuhkan dukungan pemerintah untuk mempermudah ekspor produk alas kaki ke pasar potensial di Uni Eropa untuk mengantisipasi dampak pengenaan tarif resiprokal Amerika Serikat.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri alas kaki nasional tengah berada dalam tekanan besar menyusul ancaman kebijakan tarif impor resiprokal dari Amerika Serikat (AS).

Jika kebijakan ini benar-benar diterapkan, ekspor alas kaki Tanah Air ke Negeri Paman Sam terancam terganggu serius.

Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan (Kemendag) Djatmiko Bris Witjaksono menyebut bahwa tarif Most Favoured Nation (MFN) untuk produk alas kaki saat ini berada di kisaran 8%–20%.

Baca Juga: Hingga Maret 2025, AS Mendominasi Pangsa Ekspor RI untuk Produk Pakaian dan Alas Kaki

Namun dengan tambahan tarif 10%, bea masuk produk Indonesia bisa melonjak menjadi 18%–30%.

Pasar Alternatif Sangat Terbatas

Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko menyatakan bahwa industri alas kaki saat ini sangat bergantung pada pasar AS.

“Kalau cari pasar selain Amerika itu tidak ada sekarang, semua sepi. Jadi sekarang konsentrasi kami hanya ke Amerika saja. Mudah-mudahan negosiasi dengan AS bisa berjalan lebih baik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (23/4).

Menurut data Aprisindo, ekspor alas kaki Indonesia ke AS menyumbang 24%, sementara ekspor ke kawasan Eropa menyumbang 26% dari total ekspor nasional.

Selebihnya, menurut Eddy, pasar-pasar lain seperti Timur Tengah dan Afrika sudah lebih dulu dikuasai oleh China dan Vietnam.

Baca Juga: Pengusaha Alas Kaki Khawatir Indonesia Kebanjiran Produk Impor Akibat Tarif Trump

“Artinya pasar alas kaki Indonesia untuk negara lain selain Amerika dan Eropa itu boleh dikatakan hampir tidak ada,” tegas Eddy.

Dengan situasi ini, Eddy mendorong agar perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) bisa segera dirampungkan. Perjanjian ini dinilai bisa membuka peluang tambahan ekspor ke Eropa.

“Kami mengharapkan adanya fasilitas dari Indonesia EU-CEPA yang bisa menaikkan sedikit ekspor ke Eropa,” imbuhnya.

Tarif Tinggi Bisa Picu PHK

Lebih lanjut, Eddy menyampaikan kekhawatiran jika tarif resiprokal dari Indonesia ke AS tetap tinggi, yakni 32%, maka beban balasan dari AS akan kian berat bagi industri alas kaki dalam negeri.

Baca Juga: AS Jadi Market Ekspor Terbesar Industri Alas Kaki Indonesia, Begini Kata Aprisindo

“Memang kalau ordernya tidak ada, terpaksa harus pemutusan hubungan kerja (PHK) ya!,” tutupnya.

Industri alas kaki kini menanti kepastian arah kebijakan dagang antara Indonesia dan AS, sekaligus berharap terobosan dari perundingan dengan Uni Eropa.

Tanpa itu, risiko kontraksi usaha dan ancaman PHK di sektor padat karya ini tak bisa dihindari.

Selanjutnya: Bangsa Besar! Apa Iya?

Menarik Dibaca: Resep Lodeh Pepaya Muda yang Gurih Lezat, Sederhana dan Gampang Masaknya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×