Reporter: Agung Hidayat, Anggar Septiadi, Arfyana Citra Rahayu | Editor: Anastasia Lilin Yuliantina
Semua kena
Pemangkasan dana belanja modal sejalan dengan dari target 2020 yang terevisi. Efek domino virus korona memang tak pandang sektor. Dari hasil wawancara KONTAN, hampir tidak ada sektor yang kebal dari kelesuan pasar. Tak terkecuali, makanan dan minuman yang secara aklamasi mendapat julukan sebagai sektor defensif ekonomi.
Adhi Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memperkirakan, target pertumbuhan industri 4%-5% pada tahun ini jika Produk Domestik Bruto (PDB) minus 0,4%-2,3%. Itu pun dengan catatan dampak Covid-19 terkendali hingga Bulan Juni. Adapun proyeksi tersebut separuh dari target awal pertumbuhan industri makanan dan minuman 2020.
Perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) nyatanya ada pula yang makan hati karena penjualan turun 90%. Rachmat Hidayat, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) mencatat, efek lockdown menyusutkan konsumsi air minum kemasan gelas dan botol. Sementara 95% anggota bermain di ceruk pasar tersebut.
Sektor lain lebih miris. Proyeksi omzet industri tekstil lokal tahun ini negatif 1,3%. Padahal semula masih ada target kenaikan 3,5%. Penyebabnya, rata-rata utilitas pabrik nasional sudah di bawah 10% karena tak ada permintaan dari pasar lokal maupun ekspor. "Saat ini kondisi sangat berat sehingga sebagian pabrik sudah tutup," kata Rizal Tanzil Rakhman, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) kepada KONTAN, pekan lalu.
Pelemahan daya beli juga menurunkan utilitas industri hilir plastik dan kemasan hingga 40%. Ujung-ujungnya, Asosiasi Industri Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas) memangkas target pertumbuhan hingga hanya tersisa 0,5% mulai bulan ini. Fajar Budiyono, Sekretaris Jenderal Inaplas mengatakan, target awal pertumbuhan industri plastik dan kemasan tahun ini 5,2%.