kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.769.000   10.000   0,57%
  • USD/IDR 16.585   15,00   0,09%
  • IDX 6.472   236,74   3,80%
  • KOMPAS100 924   40,02   4,53%
  • LQ45 731   34,12   4,90%
  • ISSI 200   4,82   2,46%
  • IDX30 385   18,89   5,16%
  • IDXHIDIV20 466   22,10   4,98%
  • IDX80 105   4,49   4,47%
  • IDXV30 110   3,87   3,64%
  • IDXQ30 126   5,57   4,61%

Penyaluran BHR Harus Pertimbangkan Kelangsungan Bisnis Aplikator


Senin, 24 Maret 2025 / 23:44 WIB
 Penyaluran BHR Harus Pertimbangkan Kelangsungan Bisnis Aplikator
ILUSTRASI. Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menyampaikan keterangan saat konfrensi pers terkait surat edaran tunjangan hari raya (THR) di kantor Kementerian Ketenagakerjaan, Jakarta, Selasa (11/3/2025).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah perusahaan aplikasi transportasi online mulai menyalurkan bonus hari raya (BHR) kepada para mitra driver ojek online (ojol), taksi online (taksol), dan kurir online (kurol). 

Seperti diketahui, Menteri Ketenagakerjaan menyebutkan mitra driver produktif dan berkinerja baik akan mendapat BHR 20% dari rata-rata pendapatan bulanan di 12 bulan terakhir. Sementara untuk sisanya, besaran BHR disesuaikan dengan kemampuan masing-masing perusahaan dan disesuaikan dengan kinerja.

Namun, pengamat menilai penyaluran BHR sesuai imbauan dari Presiden Prabowo harus tetap mempertimbangkan keberlanjutan bisnis perusahaan aplikasi.

Pakar Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto, mengatakan perusahaan penyelenggara layanan aplikasi memiliki tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara memberikan apresiasi kepada mitra dan menjaga keberlanjutan bisnis. 

Baca Juga: Gojek Mulai Salurkan BHR untuk Mitra Driver, Segini Besarannya

Ia bilang, secara teori, perusahaan yang menghadapi biaya besar dan margin keuntungan yang ketat sangat rentan terhadap tambahan beban biaya yang tidak terencana.

Oleh karena itu, Akhmad memandang kebijakan BHR tak  bisa diterapkan secara seragam tanpa mempertimbangkan kapasitas perusahaan.

“Jika ditetapkan tanpa memperhitungkan kondisi keuangan perusahaan, dampaknya bisa berujung pada peningkatan biaya operasional yang takterkendali, berkurangnya investasi, hingga potensi penurunan jumlah mitra,” kata Akhmad, Senin (24/3).

Menurutnya, kebijakan tersebut juga harus bisa menjaga keseimbangan antara perusahaan dan mitra driver. Ekosistem ekonomi harus terjaga, karena keduanya saling membutuhkan satu sama lain.

Untuk itu, kata dia, kebijakan yang diterapkan  harus dipastikan tetap menjaga keseimbangan dimana mitra driver mendapatkan apresiasi tapi perusahaan juga harus tetap bisa mempertahankan operasional. 

Baca Juga: Sah, BHR Ojol & Driver Online 20% Pendapatan Bulanan, Cek Sejarah & Aturan THR

Ahkmad tetap mengapresiasi langkah perusahaan yang tetap berinisiatif memberikan BHR meski  tidak diwajibkan oleh regulasi. “Namun, penting pendekatan berbasis dialog antara pemerintah, perusahaan, dan mitra driver untuk merumuskan solusi yang adil dan berkelanjutan.” pungkasnya.

Selanjutnya: Strategi Malaysia Jaga Ekonomi Tetap di Jalur Target

Menarik Dibaca: New Balance dan Foot Locker Kolaborasi, Ajak Berlari Nikmati Sudut Lain Kota Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×