Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGAS, anggota indeks Kompas100) telah resmi menangani bisnis gas alam cair atau Liquefied Natural Gas (LNG). Sejak pertengahan tahun 2019, sub holding gas plat merah ini mendapat mandat dari PT Pertamina (Persero) selaku holding migas BUMN untuk mengelola bisnis LNG secara end-to-end.
Dengan tugas tersebut, PGAS pun dituntut untuk memperkuat pasokan sembari menjaring pasar. Karenanya, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Syahrial Muktar mengungkapkan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memprioritaskan kebutuhan domestik, sembari melakukan pengembangan bisnis gas dan LNG di pasar global.
Baca Juga: Elnusa (ELSA) jajaki peluang seismic multiklien bareng perusahaan asal Norwegia
"Sejauh ini porsinya masih dominan untuk domestik. Ke depan kami berharap bisnis global dapat memberikan porsi yang lebih besar," ujar Syahrial kepada Kontan.co.id, Kamis (14/11).
Di pasar domestik, Syahrial bilang bahwa PGAS memiliki pelanggan LNG yang bervariasi. Mulai dari industri, komersial, rumah tangga, hingga untuk memenuhi kebutuhan kelistrikan PT PLN (Persero).
Untuk pasar ekspor, sambung Syahrial, PGAS menargetkan sejumlah negara sebagai prioritas. Antara lain negara-negara di kawasan ASEAN, Asia Selatan, China, Amerika Serikat dan Eropa. "Tahun depan kami mengharapkan bisa menjual sampai dengan 1 MTPA (juta ton LNG per tahun) untuk LNG trading baik domestik maupun global," terang Syahrial.
Awal pekan lalu, PGAS baru saja menandatangani perjanjian jual beli LNG dengan Sinopec. Kerjasama dengan salah satu perusahaan energi terbesar di China ini disebut sebagai milestone penting bagi PGAS untuk memainkan perannya sebagai sub holding gas BUMN di kancah global.
Baca Juga: Top line hanya naik tipis di kuartal III, Garuda Metalindo revisi target penjualan
Menurut Syahrial, PGAS dan Sinopec akan mengembangkan kerjasama jangka menengah dan jangka panjang. Sebagai permulaan, Syahrial menyebut Sinopec membutuhkan LNG minimal 6 kargo untuk tahun 2020. "Transaksinya menggunakan market price," imbuhnya.
Syahrial bilang, China merupakan pasar yang strategis dengan demand yang besar dan kebutuhan infrastruktur LNG yang tinggi. Sehingga, di Negeri Panda ini, PGAS tak hanya mengembangkan bisnis LNG di sektor trading, tapi juga di lini infrastruktur LNG.
"Kami akan berkolaborasi dengan pemain LNG utama di China untuk pengembangan bisnis LNG di sana. Harapannya, kami bisa mengeksplorasi potensi penjualan LNG dan pengembangan infrastruktur LNG secara lebih jauh dari mulai terminal, skala-skala kecil, bungker, dan sebagainya," terang Syahrial.
Sebagai sub holding gas yang saat ini diberi mandat untuk mengurusi bisnis LNG, PGAS pun tengah memperkuat infrastruktur penyokong bisnis gas alam cair ini.
Di Sumatera Tengah dan Jawa Timur, misalnya, PGAS telah mengambil langkah untuk mengganti pasokan gas dari LNG dengan memanfaatkan fasilitas terminal LNG di Lampung, sehingga pasokan gas melalui jalur South Sumatera West Java (SSWJ) tetap stabil.
Selain itu, untuk mengantisipasi peningkatan pertumbuhan gas bumi, PGAS pun tengah membangun LNG Terminal di Teluk Lamong, Surabaya. Pembangunan LNG Terminal berkapasitas 40 BBTUD ini terbagi dalam tiga fase, yang ditargetkan bisa beroperasi akhir tahun 2019, dan akan rampung secara keseluruhan pada tahun 2023 mendatang.
Di samping itu, Syahrial mengungkapkan bahwa PGAS sedang dalam tahap diskusi dengan PLN untuk mengembangkan skema small scale LNG. Rencana PGAS lainnya ialah optimalisasi Lapangan Arun.
Baca Juga: Dinilai bisa menghambat ekspor alas kaki, Aprisindo tolak kenaikan UMSK tahun 2020
"Milestone kami ke depan juga melakukan optimasi lapangan Arun sebagai LNG Hub di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan domestik dan regional, untuk kawasan Indonesia tengah dan timur," ungkap Syahrial.
Di ranah global, Syahrial menyebut, PGAS telah memiliki potensial demand dan tengah menjajaki potensi investasi infrastruktur LNG. "Seperti LNG receiving terminal, shipping, dan lainnya," sambung Syahrial.
Sayang, Syahrial enggan untuk memberikan bocoran anggaran investasi yang disiapkan PGAS guna menyiapkan infrastruktur LNG ini. "Terkait dengan nilai Investasi di sektor LNG, masih dalam tahap kajian," sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News