kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tekan harga beras, Bulog operasi pasar


Kamis, 20 November 2014 / 10:40 WIB
Tekan harga beras, Bulog operasi pasar
ILUSTRASI. Ketahui 4 Bahan Aktif di Produk Cream untuk Menghilangkan Flek Hitam


Reporter: Mona Tobing | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada awal pekan ini membuat Perum Bulog bergerak cepat guna mengantisipasi tren kenaikan harga beras. Salah satu caranya dengan menjamin ketersediaan beras di pasar dengan melakukan operasi pasar. 

Direktur Utama Bulog Sutarto Alimoeso memastikan, beras di pasar masih aman. Ia meminta masyarakat tidak panik untuk membeli beras secara berlebihan. Sebab, stok beras di pasar sampai tujuh bulan mendatang dijamin masih aman.

Lebih lanjut, Sutarto bilang, masih ada 1,9 juta ton hingga 2 juta ton cadangan beras yang belum dikeluarkan dari gudang. Perinciannya, saat ini perusahaan pelat merah ini memiliki cadangan beras mencapai 1,6 juta ton sedangkan pemerintah punya cadangan 310.000 ton. 

Belum lagi, ada cadangan jenis beras premium yang jumlahnya sebanyak 150.000 ton. “Tahun depan mungkin rekomendasi jumlah beras impor belum berubah. Tapi, kami masih mencermati kondisi awal tahun depan bagaimana iklim sampai masuk musim tanam,” ujar Sutarto awal pekan ini.

Khusus strategi operasi pasar, Bulog berencana melakukannya selama sepekan ini. Kondisi ini demi menjamin harga beras tidak ikut melonjak. Kalaupun naik, tidak lebih 10% dari harga saat ini.

Winarno Tohir, Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) menambahkan bahwa stok beras selama tujuh bulan memang masih aman. Jika setiap rumah tangga menyimpan stok beras sekitar 10 kilogram (kg) sampai 20 kg, artinya secara total nasional, rumah tangga memiliki stok sekitar 1 juta ton sampai 1,5 juta ton beras.

Namun, Winarno menghitung, stok selama tujuh bulan bisa saja habis di awal mengingat musim tanam mundur selama dua bulan. Sebelumnya, musim tanam harusnya dimulai pada Oktober, tapi akibat kekeringan baru dimulai Desember mendatang.

Itupun, kata Winarno, syaratnya kondisi curah hujan  di Desember terbilang normal. Kalau curah hujan tinggi dan berakibat banjir, otomatis musim tanam mundur lagi hingga Januari. 

Kondisi ini akan berujung pada kenaikan harga beras sekitar Maret sampai April nanti. Belum lagi, ada dampak ke Bulog untuk menyerap padi pada panen mendatang. “Pemerintah harus menjaga semangat petani untuk menanam padi dengan menaikkan harga pokok penjualan (HPP) beras sebesar Rp 900 menjadi Rp 7.500,” ujar Winarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×