Reporter: Siti Masitoh | Editor: Yudho Winarto
Industri TPT dan Alas Kaki Paling Rentan
Sebelumnya, Wakil Ketua Bidang Hubungan Internasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Didit Ratam mengatakan, dampak tarif tambahan akan sangat signifikan terhadap ekspor dan lapangan kerja.
Baca Juga: Trump Tawarkan Bebas Tarif bagi Produk Indonesia Asal Diproduksi di AS
“Ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) ke AS saat ini mencapai sekitar US$4 miliar, sedangkan alas kaki sekitar US$3 miliar. Jika tarif tinggi benar-benar diterapkan, tentu akan berdampak besar bagi industri dan pekerjanya,” jelas Didit kepada Kontan.co.id, Jumat (4/7).
Didit mengakui bahwa membuka pasar non-tradisional bisa menjadi solusi jangka menengah, namun upaya ini membutuhkan waktu yang tidak singkat.
Oleh karena itu, Apindo mendorong pemerintah memberikan berbagai bentuk dukungan untuk meringankan beban industri padat karya.
Beberapa usulan Apindo antara lain penghapusan iuran Jaminan Pensiun sebesar 2% yang dinilai tumpang tindih dengan Jaminan Hari Tua (JHT) sebesar 3,5%, serta penanggungan iuran BPJS Ketenagakerjaan oleh pemerintah selama 12 bulan masa transisi.
“Langkah ini mirip dengan dukungan yang pernah diberikan saat pandemi COVID-19,” tambahnya.
Baca Juga: Malaysia Lanjutkan Negosiasi Dagang dengan AS Terkait Tarif 25%
Apindo juga meminta agar pemerintah menanggung beberapa beban pajak langsung seperti Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas bahan baku impor dan biaya subkontrak (subcon), yang selama ini membebani arus kas industri.
“Dukungan fiskal dan non-fiskal dari pemerintah menjadi sangat krusial agar industri padat karya bisa bertahan menghadapi tekanan eksternal ini,” pungkas Didit.
Selanjutnya: BEI Pantau Ketat Saham Cipta Selera (CSMI) dan Hotel Sahid (SHID), Ini Sebabnya
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 9-10 Juli, Waspada Hujan Lebat di Provinsi Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News