Reporter: Fauzan Zahid Abiduloh | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia segera menjadwalkan konsolidasi dengan China pasca pembatalan penghapusan delisting rumput laut dari daftar pangan organik oleh Amerika Serikat (AS). Konsolidasi itu akan menyiapkan strategi pemulihan kepercayaan pasar yang sempat tak berdaya.
Pada tahun 2013, sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) di AS menggugat keberadaan rumput laut dari daftar pangan organik. Produk rumput laut seperti agar-agar dan carrageenan diniai tidak bisa lagi memenuhi kriteria organik.
Hal itu berpotensi merugikan Indonesia sebesar US$ 160,4 juta atau Rp 2,08 triliun. Pasalnya, delisting tersebut akan mempersuasi negara tujuan ekspor rumput laut lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Menghadapi potensi yang segawat itu, Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) bersama Kementerian Perdagangan (Kemdag) telah mengupayakan berbagai hal.
ARLI beserta Kemendag telah melakukan serangkaian presentasi hulu-hilir rumput laut Indonesia, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari sidang anggota National Organic Standards Board (NOSB) selaku institusi terkait di AS.
Dengan begitu, pembatalan delisting tersebut adalah sebuah angin segar, meski banyak hal yang harus dilakukan.
“Terima kasih kepada Kemdag yang telah hadir bersama tim ARLI dalam memperjuangkan agar-agar dan carrageenan tetap masuk dalam daftar olahan organik,” ujar Safari Aziz, Ketua Umum ARLI, Senin (9/4).
Sadar akan tugas-tugas yang menunggu, Aziz segera jadwalkan konsolidasi dengan China Algae Industri Association (CAIA) selaku badan terkait untuk melakukan penyusunan strategi pemulihan pasar.
“China termasuk negara eksportir rumput laut terbesar yang terkena imbas rencana ini (delisting rumput laut). Konsolidasi dengan mereka penting. Setelah itu baru menyusun langkah,” pungkasnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia telah mengekspor 137.85 ton rumput laut dan ganggang lainnya ke berbagai negara sepanjang Januari-Oktober tahun lalu.
Jumlah rumput laut itu dikisarkan senilai US$ 113,8 juta. Indonesia juga merupakan pengekspor rumput laut jenis Euchema dan Gracilaria kering yang memasok 50% kebutuhan dunia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News