Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) optimistis dapat melampaui target produksi siap jual alias lifting minyak yang ditetapkan dalam APBN 2025.
Senior Vice President EMCL Muhammad Nurdin mengatakan, produksi rata-rata tahunan dari Lapangan Banyu Urip, Blok Cepu, diproyeksikan mencapai 151.000 barel minyak per hari (bph) pada tahun ini.
Capaian itu jauh di atas target APBN 2025 untuk Blok Cepu yang ditetapkan sebesar 136.000 bph.
“Insya Allah mudah-mudahan sampai dengan akhir tahun kami bisa mendeliver kurang lebih 15.000 barel di atas target APBN diberikan oleh ExxonMobil,” kata Nurdin dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Selasa (1/7).
Baca Juga: ExxonMobil Akan Bor Minyak di Kedung Keris, Tambah Produksi 16.000 Barel per Hari
Jika tercapai, total volume lifting dari Lapangan Banyu Urip sepanjang tahun ini akan menyentuh angka sekitar 55 juta barel.
Nurdin menambahkan, capaian ini sangat bergantung pada performa sumur-sumur baru yang dibor dalam program Banyu Urip Infill Clastic (BUIC). Program ini menargetkan lapisan reservoir klastik tambahan dari yang sudah ada.
“Per hari ini, seluruh sumur dalam program BUIC sudah mulai berproduksi. Selanjutnya, kami akan fokus mengoptimalkan produksi dari sumur-sumur baru ini,” ungkap Nurdin.
"Per hari ini insya Allah semua sumur yang kami program melalui program BUIC. Jadi sejak tahun lalu kita ada program drilling, infill menargetkan reservoir yang sama dan clastic extended dari reservoir yang sekarang. Per hari ini insha Allah semua sumur akan produksi dan kemudian tentu saja next stepnya adalah kita mengoptimalkan produksi dari sumur-sumur baru itu," jelasnya.
Target Tahun Depan
Untuk tahun depan, EMCL mematok target produksi Banyu Urip sekitar 145.000 bph. Namun angka ini masih bersifat sementara karena belum memperhitungkan kinerja dari empat sumur BUIC yang baru mulai onstream.
“Ini juga nanti akan kami evaluasi karena 145.000 ini belum mencakup terkait update bagaimana performance dari 4 sumur yang tadi saya sampaikan," ungkapnya.
Baca Juga: ExxonMobil Produksi 100 Juta Liter Pelumas, 70% Pasok Pertambangan dan Manufaktur
Lebih lanjut, Nurdin menyinggung tantangan di lapangan, salah satunya adalah meningkatnya rasio gas terhadap minyak atau gas oil ratio (GOR). Pasalnya, setiap produksi satu barel minyak di Banyu Urip juga menghasilkan gas yang cukup besar volumenya.
“Jadi gasnya tidak semata-mata bisa dikomersialkan karena lapangan Banyu Urip itu bisa dimaksimalkan produksinya karena setiap satu barrel kami memproduksi minyak, kami juga menginjeksi kombinasi antara gas dan air ke dalam reservoir," terangnya.
Dari sisi biaya, ExxonMobil memproyeksikan cost recovery tahun 2025 sebesar US$ 261 juta, dengan angka yang sama untuk Work Program & Budget (WP&B). Tahun depan, angka ini diproyeksikan turun menjadi US$ 181 juta seiring dengan fokus optimalisasi biaya operasi.
Adapun biaya produksi per barel minyak dari Banyu Urip dan Kedung Keris tercatat cukup efisien, yaitu sekitar US$ 4 per barel. Angka ini sudah termasuk biaya umum dan administrasi, depresiasi dari pengeboran, serta proyek-proyek terkait. Sementara itu, biaya operasional murni untuk memproduksi satu barel minyak hanya sekitar US$ 2 per barel.
Selanjutnya: JAECOO Optimalkan Momentum PHEV, Dorong Penetrasi J7 di Segmen Premium
Menarik Dibaca: 5 Cara Memperbaiki Tekstur Kulit agar Kembali Mulus
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News