Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri parkir nasional mulai bergerak menuju era digital seiring gencarnya penerapan sistem parkir berbasis teknologi di berbagai kota besar.
PT Securindo Packatama Indonesia (Secure Parking) sebagai salah satu pemain industri baru saja meluncurkan Secure Park, lahan parkir umum pertama yang dimiliki dan dioperasikan langsung oleh perusahaan pengelola parkir profesional di Indonesia. Lahan seluas 2,1 hektare di kawasan Pantai Indah Kapuk 2 (PIK 2), Tangerang, ini menjadi tonggak peralihan model bisnis Secure Parking dari pengelola menjadi pemilik aset parkir.
Bersamaan dengan itu, perusahaan juga memperkenalkan eNOS (Epsilon No Scan No Tap), sistem parkir digital tanpa tiket dan tanpa kartu yang memanfaatkan teknologi license plate recognition (LPR) dan konektivitas Bluetooth melalui aplikasi Excellent App. Teknologi ini merupakan bagian dari Epsilon Parking System (EPS), sistem terintegrasi berbasis cloud untuk kontrol parkir secara real-time.
Menurut Managing Director Secure Parking Rustam Rachmat, inovasi teknologi semacam ini menjadi fondasi penting untuk memperkuat kepercayaan publik dan efisiensi industri parkir nasional. “Teknologi hanyalah alat. Nilai utamanya tetap pada integritas manusia yang menjalankannya,” ujarnya dalam peluncuran Secure Park di Tangerang, Selasa (28/10/2025).
Saat ini, sistem eNOS telah diterapkan di tiga lokasi: PIK Avenue, Plaza Indonesia, dan Secure Park PIK 2. Hingga akhir 2025, perusahaan menargetkan ekspansi sistem digital tersebut ke sekitar 200 lokasi dari total 1.500 titik parkir yang dikelola Secure Parking di seluruh Indonesia.
Baca Juga: Dorong SDGs, Surveyor Indonesia Bikin Proyek I-SIM untuk Pemerintah Daerah
Pun dalam lima tahun ke depan, Rustam menyebut pihaknya ingin seluruh jaringan Secure Parking terintegrasi penuh dengan teknologi ini. Lokasi pengelolaan pun ditargetkan tumbuh 10% per tahun, dengan fokus pengembangan di luar kawasan Jabodetabek, seperti Medan, Surabaya, Semarang, Makassar, dan Balikpapan.
Rustam mengakui, 60%–70% kontribusi bisnis parkir nasional masih berasal dari kawasan Jabodetabek, meski permintaan di kota-kota lain terus meningkat. Dalam lima tahun ke depan, ia memperkirakan komposisi pasar bisa berimbang antara wilayah barat dan timur Indonesia seiring percepatan urbanisasi dan pembangunan infrastruktur.
Namun, ia menilai pertumbuhan tersebut masih bergantung pada kesiapan ekosistem digital di masing-masing daerah, termasuk sistem pembayaran non-tunai dan regulasi parkir daerah yang kerap belum seragam.
“Digitalisasi parkir tidak bisa hanya bicara teknologi, tapi juga kesiapan aturan dan perilaku pengguna. Kami memastikan seluruh inovasi kami tetap comply dengan ketentuan OJK dan Bank Indonesia terkait sistem pembayaran digital,” ujarnya.
Outlook Industri Parkir
Dalam pandangan pelaku industri, Rustam bilang sektor parkir di Indonesia tengah menuju fase konsolidasi dan modernisasi. Perusahaan besar seperti Secure Parking kini bersaing bukan hanya dalam jumlah lokasi, tapi juga kualitas sistem, keamanan data, dan efisiensi operasional.
“Ke depan, persaingan akan bergeser dari sekadar siapa yang mengelola paling banyak menjadi siapa yang bisa memberikan layanan paling efisien dan terpercaya,” ujar Rustam.
Dengan jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat, peluang bisnis parkir masih sangat besar. Rustam menegaskan, arah industri parkir idealnya berfokus pada pembangunan ekosistem yang profesional dan akuntabel. “Kami ingin industri parkir Indonesia tumbuh seperti industri lain: transparan, efisien, dan berintegritas,” katanya.
Baca Juga: Industri Parkir Kian Padat Pemain, Tapi Keuntungannya Masih Dikuasai Pemilik Gedung
Selanjutnya: SCG Dukung Pencapaian Target Pengelolaan Sampah Nasional
Menarik Dibaca: Run With The Bunch: Kolaborasi Empat Lembaga Dukung Pendidikan Anak Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













