kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Inilah 3 sebab harga CPO sentuh posisi terendah


Kamis, 04 September 2014 / 19:20 WIB
Inilah 3 sebab harga CPO sentuh posisi terendah
ILUSTRASI. Ada cara mudah untuk mengubah sampah bekas botol skincare yang menumpuk menjadi cuan hanya dengan menggunakan aplikasi di ponsel.


Reporter: Handoyo | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih terjebak dalam posisi rendah. Pada September ini harga CPO berada dikisaran US$ 798,81 per metrik ton (MT), harga ini merupakan titik terendah setahun ini. Sebelumnya pada awal tahun 2013, harga CPO juga sempat jatuh mencapai US$ 779,77 per MT.

Direktur Eksekutif GAPKI Fadhil Hasan mengatakan, secara umum pada tahun 2014 ini performa harga CPO lebih jelek dibandingkan tahun 2013 lalu. "Pada awal tahun 2014, ada optimisme besar harga akan kembali recovery dibanding tahun 2013 dengan tingkat yang menjanjikan," katanya, Rabu (3/9).

Menurut catatan Fadil, terdapat beberapa faktor yang membuat harga CPO tidak kunjung meningkat lagi. Pertama, penerapan biodiesel dalam negeri yang masih rendah, serta ditundanya kebijakan penggunaan biodiesel di Malaysia.

Kedua, perkiraan adanya El Nino yang tidak terjadi. Dari sisi produksi, pada saat ini normal sehingga mengakibatkan harga tertekan. Ketiga, memasukinya panen minyak nabati lain seperti kedelai, repseed. Dengan produksi yang meningkat tersebut mengakibatkan selisih dengan harga minyak sawit menjadi berbeda tipis.

Fadhil menceritakan, bila saat normal perbedaan harga minyak sawit dengan minyak nabati lain seperti kedelai dan repseed dapat mencapai US$ 160 per ton-US$ 200 per ton, saat ini hanya perbedaan harganya hanya sekitar US$ 80 per ton-US$ 100 per ton.

Dengan perbedaan harga yang tidak jauh berbeda tersebut mengakibatkan China menurunkan pembelian minyak sawit dan lebih memilih membeli kedelai. Sekedar informasi, selain diolah menjadi bahan bakar minyak nabati, kedelai juga dapat digunakan sebagai pakan ternak. 

Meski tidak dapat berharap banyak, namun Fadhil optimis harga minyak sawit akan kembali terkerek meski tidak tajam pada akhir tahun. "Biasanya patternnya di September dan recovery di November," kata Fadhil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×